Selasa, 27 Oktober 2015

SERIUS, SUDAH BENER-BENER BERSYUKURKAH KAMU?



Kali ini saya ingin bicara soal bersyukur.
Ini, sebuah topik yang temanya berbau perintah orang tua yang rada membosankan.
Tapi, saya mendapatkan suatu pencerahan soal bersukur yang ingin saya bagikan. Mudah-mudahan bisa jadi sebuah angle yang lain buat Anda.

Intinya sederhana, belajarlah bersyukurlah untuk hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang diluar kewajibannya untuk kita.
Klise?
Nggak juga.
Saya ingin sampaikan maksud saya.

Ingatlah.
Pada waktu kita lahir, tidak ada sertifikat yang mengatakan, “Orang lain HARUS melakukan ini dan itu kepadamu”. Tidak ada. Mereka tidak punya kewajiban untuk itu. Bahasa kerennya, Anda tidak punya ENTITLEMENT untuk diperlakukan secara khusus ataupun orang lain harus membantu, atupun menolong Anda.


Tapi, lihatlah betapa sering kita menerima hal-hal yang diluar dari apa yang telah kita bayarkan. Kita menerima apa yang dilakukan orang lain, sebagai bentuk ungkapan kasih dan sayangnya kepada kita. Bisa dalam bentuk pujian, bisa juga dalam bentuk kado ataupun pemberian, ataupun yang juga harus kita sadari adalah “jasa” ataupun “bantuan” lain yang diberikan orang lain kepada kita, lewat tindakan mereka.

Kali ini, saya akan bicara soal jasa ataupun bantuan.
Betapa seringnya kita mengganggap sepela hal seperti itu.
Misalkan saja, ketika di kantor, anak buah kita sebenarnya tidak ada kewajiban untuk kerja lembur apalagi nggak dibayarkan. Atau misalkan, kita mendapatkan bantuan ataupun pertolongan lain diluar apa yang dilakukan oleh rekan-rekan ataupun sahabat. Mereka tidak punya kewajiban seperti itu. Saya tidak “entitle”, ataupun tidak punya hak untuk menuntut dari mereka. Tapi tatkala staff, rekan ataupun sahabatku melakukan extra miles untuk menolongku. Sehausnya aku belajar untuk bersyukur dan berterima kasih kepada mereka. Dan bersyukurnya mestilah serius, bukan sekedar basa-basi “terima kasih”

Sebagai contoh ketika aku kesulitan dengan HPku. Ada staff di kantor yang begitu mau meluangkan waktu untuk membantuku. Mencari di toko-toko HP. Mem-subscribe-kan untukku dan pokoknya aku tahunya beres aja. Ataupun dulu, saat mau ke Yogya bersama keluarga, ada sabahatku yang mecarikan penginapan ataupun urusan mobil yang bisa disewa. Hidupkupun jadi mudah. Dan saya masih ingat, sewaktu kuliah dan dirawat di rumah sakit. Saya jauh dari rumah, tapi teman-teman secara bergiliran, berdatangan menjengukku dan mengurusiku. Saya tak pernah bisa melupakannya.

Bayangkan, apalah hakku untuk menuntut dari mereka untuk membantuku. Tetapi, mereka begitu baiknya meluangkan waktu dan tenaga untuk menolongku. Karena itulah, saya belajar satu hal,

BELAJARLAH BERSYUKUR LEBIH SERIUS, ATAS KEBAIKAN DAN PERTOLONGAN YANG ORANG LAIN LAKUKAN BUATMU. MEREKA TIDAK PUNYA KEWAJIBAN UNTUK MELAKUKAN BUATMU.

Dan setelah dibantu, jangan hanya bersikap seolah-olah, “Sudah sepantasnya dan selayaknya kamu melakukan hal itu buatku”.
Apa hakmu sehingga orang lain harus melakukan hal itu buatmu?
Tidak ada.

Mereka melakukan mungkin karena mereka peduli, karena mereka tidak tega, karena kasihan, atau juga karena sayang bahkan untuk menunjukkan kasihnya kepadamu. Karena itulah, belajarnya bersyukur atas apa yang mereka lakukan.

Sebenarnya, hal terburuk adalah masih mengeluh tatkala mereka membantumu.
Bisa saja hasilnya tidak seperti apa yang kamu harapkan. Namanya juga bantuan kan? Jadi bisa aja nggak seperti yang kamu diharapkan. Namun, meskipun telah dibantu, Anda pun masih mengeluh.

Terus terang, saya pernah melakukannya. Dan ini kisah yang sikap yang agak memalukan untuk diceritakan. Bayangkan, udah dibantu tapi masih ngomel bahkan complain.
Kalau saya pikir, justru harusnya saya ‘tahu diri’.
Udah dibantu, tapi kerjanya masih aja mengeluh?


Ungkapan Syukur Terbaik: Balaslah Kebaikan Itu!
Disinilah ada orang yang tahu diri dan tidak sadar diri.
Apakah langkah terbaik setelah dibantu? Pertama-tama, tentunya ungkapan terima kasih.
Itu cara termudah.

Tapi kadangkala, ungkapan terima kasih terbaik adalah dalam bentuk tindakan.
Saya teringat dulu sewaktu KKN (Kuliah Kerja Nyata) di daerah Jateng, di rumah tinggal kami milik Pak Lurah ada seorang yang gila di desa.
Karena gila, praktis ia nggak terurus. Tetapi, oleh Pak Lurah, ia biasa dikasih makan rutin.
Tapi, yang menariknya, si orang gila ini membalas dengan cara yang sederhana….ia merawat semua tanaman bunga maupun buah di rumah Pak Lurah itu dengan begitu bagusnya. Apik, rapi, tertata!
Begitulah si orang gila ini merawat kebun Pak Lurah ini dengan begitu bagusnya, hingga ajal menjemputnya gara-gara ia jadi korban tabrak lari suatu hari.

Bayangkan, orang gila ini saja tahu melakukannya.
So, mau tahu cara bersyukur dan berterima kasih yang terbaik?
Gampang, belajar dari orang gila itu. Lakukan apa hal terbaik yang bisa kamu lakukan.
Sebenarnya sih, percayalah…
Orang yang melakukan kebaikan pun tidak mengharapkan kita mengembalikan kebaikan mereka. Biasanya mereka tanpa pamrih melakukannya.
Tapi, sebagai orang yang tahu diri, kitapun wajib berterima kasih pula.
Boss yang dibantu, berusahalah hargai dan mengerti bagaimana usaha karyawan yang telah membantumu.
Karyawan yang dibantu, lakukan kerjaan dengan mutu lebih baik, sebagai bentuk terima kasih pada orang yang membantu kita.
Sahabat yang membantu, kembalikan dengan support dukungan kepadanya. Apalagi, tatkala kalau dia dalam kondisi butuh bantuan.

Intinya, belajarlah bersyukur dan berterima kasih setulusnya….dengan membalas setiap kasih yang telah diberikan orang lain kepadamu tanpa pamrih!
Orang gila saja tahu melakukannya.

0 komentar:

Posting Komentar