Kali
ini saya ingin bicara soal bersyukur.
Ini,
sebuah topik yang temanya berbau perintah orang tua yang rada membosankan.
Tapi,
saya mendapatkan suatu pencerahan soal bersukur yang ingin saya bagikan.
Mudah-mudahan bisa jadi sebuah angle
yang lain buat Anda.
Intinya
sederhana, belajarlah bersyukurlah untuk hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang
diluar kewajibannya untuk kita.
Klise?
Nggak
juga.
Saya
ingin sampaikan maksud saya.
Ingatlah.
Pada
waktu kita lahir, tidak ada sertifikat yang mengatakan, “Orang lain HARUS
melakukan ini dan itu kepadamu”. Tidak ada. Mereka tidak punya kewajiban untuk
itu. Bahasa kerennya, Anda tidak punya ENTITLEMENT untuk diperlakukan secara
khusus ataupun orang lain harus membantu, atupun menolong Anda.
Tapi,
lihatlah betapa sering kita menerima hal-hal yang diluar dari apa yang telah
kita bayarkan. Kita menerima apa yang dilakukan orang lain, sebagai bentuk
ungkapan kasih dan sayangnya kepada kita. Bisa dalam bentuk pujian, bisa juga
dalam bentuk kado ataupun pemberian, ataupun yang juga harus kita sadari adalah
“jasa” ataupun “bantuan” lain yang diberikan orang lain kepada kita, lewat
tindakan mereka.
Kali
ini, saya akan bicara soal jasa ataupun bantuan.
Betapa
seringnya kita mengganggap sepela hal seperti itu.
Misalkan
saja, ketika di kantor, anak buah kita sebenarnya tidak ada kewajiban untuk
kerja lembur apalagi nggak dibayarkan. Atau misalkan, kita mendapatkan bantuan
ataupun pertolongan lain diluar apa yang dilakukan oleh rekan-rekan ataupun
sahabat. Mereka tidak punya kewajiban seperti itu. Saya tidak “entitle”,
ataupun tidak punya hak untuk menuntut dari mereka. Tapi tatkala staff, rekan ataupun
sahabatku melakukan extra miles untuk menolongku. Sehausnya aku belajar untuk
bersyukur dan berterima kasih kepada mereka. Dan bersyukurnya mestilah serius,
bukan sekedar basa-basi “terima kasih”
Sebagai
contoh ketika aku kesulitan dengan HPku. Ada staff di kantor yang begitu mau
meluangkan waktu untuk membantuku. Mencari di toko-toko HP. Mem-subscribe-kan
untukku dan pokoknya aku tahunya beres aja. Ataupun dulu, saat mau ke Yogya
bersama keluarga, ada sabahatku yang mecarikan penginapan ataupun urusan mobil
yang bisa disewa. Hidupkupun jadi mudah. Dan saya masih ingat, sewaktu kuliah
dan dirawat di rumah sakit. Saya jauh dari rumah, tapi teman-teman secara
bergiliran, berdatangan menjengukku dan mengurusiku. Saya tak pernah bisa
melupakannya.
Bayangkan,
apalah hakku untuk menuntut dari mereka untuk membantuku. Tetapi, mereka begitu
baiknya meluangkan waktu dan tenaga untuk menolongku. Karena itulah, saya
belajar satu hal,
BELAJARLAH
BERSYUKUR LEBIH SERIUS, ATAS KEBAIKAN DAN PERTOLONGAN YANG ORANG LAIN LAKUKAN
BUATMU. MEREKA TIDAK PUNYA KEWAJIBAN UNTUK MELAKUKAN BUATMU.
Dan setelah dibantu, jangan hanya bersikap
seolah-olah, “Sudah sepantasnya dan
selayaknya kamu melakukan hal itu buatku”.
Apa hakmu sehingga orang lain harus melakukan hal
itu buatmu?
Tidak ada.
Mereka melakukan mungkin karena mereka peduli,
karena mereka tidak tega, karena kasihan, atau juga karena sayang bahkan untuk
menunjukkan kasihnya kepadamu. Karena itulah, belajarnya bersyukur atas apa
yang mereka lakukan.
Sebenarnya, hal terburuk adalah masih mengeluh
tatkala mereka membantumu.
Bisa saja hasilnya tidak seperti apa yang kamu
harapkan. Namanya juga bantuan kan? Jadi bisa aja nggak seperti yang kamu diharapkan.
Namun, meskipun telah dibantu, Anda pun masih mengeluh.
Terus terang, saya pernah melakukannya. Dan ini
kisah yang sikap yang agak memalukan untuk diceritakan. Bayangkan, udah dibantu
tapi masih ngomel bahkan complain.
Kalau saya pikir, justru harusnya saya ‘tahu diri’.
Udah dibantu, tapi kerjanya masih aja mengeluh?
Ungkapan Syukur
Terbaik: Balaslah Kebaikan Itu!
Disinilah ada orang yang tahu diri dan tidak sadar
diri.
Apakah langkah terbaik setelah dibantu?
Pertama-tama, tentunya ungkapan terima kasih.
Itu cara termudah.
Tapi kadangkala, ungkapan terima kasih terbaik
adalah dalam bentuk tindakan.
Saya teringat dulu sewaktu KKN (Kuliah Kerja Nyata)
di daerah Jateng, di rumah tinggal kami milik Pak Lurah ada seorang yang gila
di desa.
Karena gila, praktis ia nggak terurus. Tetapi, oleh
Pak Lurah, ia biasa dikasih makan rutin.
Tapi, yang menariknya, si orang gila ini membalas
dengan cara yang sederhana….ia merawat semua tanaman bunga maupun buah di rumah
Pak Lurah itu dengan begitu bagusnya. Apik, rapi, tertata!
Begitulah si orang gila ini merawat kebun Pak Lurah
ini dengan begitu bagusnya, hingga ajal menjemputnya gara-gara ia jadi korban
tabrak lari suatu hari.
Bayangkan, orang gila ini saja tahu melakukannya.
So, mau tahu cara bersyukur dan berterima kasih yang
terbaik?
Gampang, belajar dari orang gila itu. Lakukan apa
hal terbaik yang bisa kamu lakukan.
Sebenarnya sih, percayalah…
Orang yang melakukan kebaikan pun tidak mengharapkan
kita mengembalikan kebaikan mereka. Biasanya mereka tanpa pamrih melakukannya.
Tapi, sebagai orang yang tahu diri, kitapun wajib
berterima kasih pula.
Boss yang dibantu, berusahalah hargai dan mengerti
bagaimana usaha karyawan yang telah membantumu.
Karyawan yang dibantu, lakukan kerjaan dengan mutu
lebih baik, sebagai bentuk terima kasih pada orang yang membantu kita.
Sahabat yang membantu, kembalikan dengan support
dukungan kepadanya. Apalagi, tatkala kalau dia dalam kondisi butuh bantuan.
Intinya, belajarlah bersyukur dan berterima kasih
setulusnya….dengan membalas setiap kasih yang telah diberikan orang lain
kepadamu tanpa pamrih!
Orang gila saja tahu melakukannya.
0 komentar:
Posting Komentar