Smart Emotion RadioTalk

HR Excellency.

ELT,PLT Trainers Meet

MWS Indonesia.

with Abdul and the Coffee Theory

Seminar Kecerdasan Emosi bersama Suara Pembaruan.

Great Trainer in Action

ELT Certification Workshop.

Kamis, 15 Maret 2012

Anthony Dio Martin: TOXIC LEARNER

Anthony Dio Martin: TOXIC LEARNER: “ARE YOU TOXIC LEARNER?” Smart Emotion, Bp Anthony Dio Martin, 15 Maret 2012

TOXIC LEARNER


“ARE YOU TOXIC LEARNER?”
Smart Emotion, Bp Anthony Dio Martin, 15 Maret 2012
(Terima kasih kepada Pak Eka Wartana, penulis buku Mindweb, yang telah meringkaskan radiotalk ini!)



Gara gara buku Toxic Employee, Pak Martin disebut Bapak “Toxic”…..

Topik minggu depan: Toxic Relations.

Toxic Learner: Orang yang sangat sulit menyesuaikan diri dalam belajar. Mereka bukanlah orang yang bodoh. Dia tahu dan mampu tapi tidak mau.(Dia bisa, tapi juga berbisa alias beracun…?!?)

Kenapa mesti berdiri, kenapa mesti gerak gerak segala….?”, “ Ini sumbernya darimana?”. Ini contoh komentar toxic leaner. Biasanya mereka adalah orang2 yang mempunyai luka batin, atau orang yang disingkirkan oleh atasannya. Mereka sering merasa dirinya lebih tahu, lebih pintar dari orang lain. Problem dalam dirinya dimanifestasikan dengan membuat orang lain susah.



Ciri ciri Toxic Learner:  

1.     ASS:  Apatis, Sinis, Skeptis. Apatis: masa bodoh dan menganggap remeh apa yang dipelajari. Sinis: cenderung negative: “Gak mungkinlah, percuma”. Skeptis: ragu2, “Berubah sih berubah, yang diatas mau berubah gak?”

2.     Melabel: Dia belajar untuk melabel orang lain. “Teman saya, atasan saya ada yang seperti itu…”

3.     Full Glass Person. Merasa sudah tahu apa yang dipelajari. Sebetulnya dia tidak mengerti. Padahal selalu ada hal hal baru, yang bisa dipelajari. Ada yang ikut training cuma mau lihat seperti apa Pak Martin mengajar. Kisah Guru bijak: Pangeran bertamu ke seorang Guru. Guru mengajaknya minum teh, menuangkannya ke gelas  sampai meluber. “Stop, Guru, sudah penuh”, ujar Pangeran.”Begitu juga dengan Pangeran, kalau cangkir sudah penuh, untuk apa diisi lagi. Percuma kalau datang tapi merasa sudah penuh ilmunya” ujar Sang Guru.

4.     Parable of Boiled Frog. Peter Senge memperkenalkannya eksperimen katak rebus.  . Kalau katak dimasukkan kedalam air mendidih, dia akan melompat keluar. Kalau ditaruh di air dingin, katak akan tenang. Kemudian air dipanaskan bertahap, katak masih didalam air, berenang renang. Panas dinaikkan terus, katak tetap didalam air, sampai akhirnya menjadi sweeke, katak rebus. Organisasi maupun orang merasa berada di comfort zone, sehingga tidak perlu berubah, atau belajar dari orang lain. Dia merasa sudah berada pada posisi tinggi. Itu juga sebabnya kenapa banyak organisasi tidak berubah.

5.     Meremehkan Belajar.”Gak perlu teori lah”. Teori dibuat berdasarkan pengalaman, ketika dipraktekkan teori itu akan bermanfaat. Memang ada teori yang tidak praktis.

6.     Under-estimate. Menganggap orang lain tidak bisa, dia lebih mengerti. Ketika anda tidak bisa menghargai orang lain, anda masih mempuyai kekurangan: tidak bisa menghargai.



Tips Toxic Learner:

1.     Jangan cepat melabel. Mentang2 sudah tahu tentang toxic learner…..

2.     Jangan2 anda yang toxic, sok tahu, tidak mau mendengarkan orang lain. Trainer bukan berarti lebih tahu. Harus menjadi Trainer yang humble. Teliti dan introspeksilah, jangan jangan….

3.     Ketahuilah motif orang untuk belajar. Orang mungkin mempunyai UEN, Unmet Emotional Needs, kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi. Belajar bagaimana mempelajari bahasa yang tidak tersampaikan (ini diajarkan dalam trainng Pak Martin: EQM), bagaimana melihat motif orang yang belajar.

Ada 3 motif orang belajar

a.     Mastery Motive. Motif untuk menguasai apa yang dipelajari.

b.     Ego Involvement. Mempunyai tujuan lain, seperti mendapatkan sertifikat, dll.

c.      Social Motive. Ingin mendapat teman, untuk bergaul, untuk fun.

Kita harus bisa membaca UEN seseorang. Semakin peka kemampuan membaca UEN, akan semakin membantu kita. Ketidakpekaan bisa menciptakan toxic learner.

4.     Belajar mendekati, membicarakannya. Ganti gaya supaya peserta tidak bosan, misalnya  dari duduk ke berdiri, ganti metode.

5.     Terimalah apa adanya. “Kita bisa membawa kuda ke kolam tapi kita tidak bisa memaksanya meminum air….”



EQM (Emotional Quality Management)

26-28 Maret 2012

Registrasi: 021 351 8505



Diskusi Telpon/ SMS.

Orang tipe thinking, tidak perasa? (Bu Aida…hallo Bu, apakabar?). Sebagai orang thinking, sering tidak bisa terima kalau orang buang “sampah”. Benar atau tidak. Cara mengatasinya? ADM: Mungkin saja orang itu punya masalah, misalnya karirnya gak naik naik. Suka tidak suka mereka akan mencari tempat tumpahan “sampah”nya. Menghadapi orang seperti itu kita perlu mencari hal hal yang belum kita pahami tentang orang itu. Tidak ada orang sulit, yang ada hanya orang yang belum kita pahami. Persoalannya, orang “thinking” bukan berarti tidak bisa berempati. Mungkin orang itu punya masa lalu yang kurang bagus. Berpikirlah secara nalar, orang ini sedang tidak fit. Belajar untuk cerdas secara emosional, juga cerdas menghadapi masalah seperti itu. Ini memerlukan latihan.

Toxic Learner(Employee) bisa jadi Leader?(Bp Sodik). ADM: Bisa aja. Ketika menjadi Manager, karirnya akan mandeg karena sudah merasa cukup pintar dan tidak pernah belajar.



Dalam satu kelas EQM, Pak Anthony Dio Martin pernah punya pengalaman, dimana ada satu peserta yang sejak awal reaksinya sangat tidak menyenangkan. Hari kedua, masih sama. “Gak setuju EQ penting, terlalu menggantungkan diri pada emosi”. Setelah diajak ngobrol, ternyata ketahuan latar belakang kehidupannya yang kumpul kebo dengan bule, terlibat narkoba ketika belajar diluar negeri. Ibunya tidak setuju, sampai akhirnya meninggal. Saat itu dia tidak bisa pulang karena sedang ada ujian. Akhirnya dia pulang dan bertobat. Dia bekerja di satu diperusahaan padahal dia anak orang kaya dan anak tunggal lagi (ada yang mau melamarnya…? ;-)).  Baru bekerja 3-4 bulan disuruh ikut EQM. “Saya sangat mengandalkan diri saya”. Esoknya sikapnya berubah total dan mengikuti training dengan serius. Tadinya dia disarankan tidak usah hadir lagi oleh Pak Martin, kalau memang tidak berminat.



 Training Tidak Berhubungan Dengan Pekerjaan. ADM: Kalau memang dianggap tidak penting, bicarakan dengan HRD. Tapi kita selalu bisa melihat segala sesuatunya dari sisi terangnya (bright side). Terkadang kita bisa belajar sesuatu dari yang diberikan oleh trainer. Pasti ada hal hal yang bisa kita pakai untuk interaksi dengan orang lain, untuk ngobrol ngobrol. .

Mau Berubah, Organisasi Tidak Mau. ADM: Kalau berjuang seendiri tentunya tidak mudah. Dekati orang lain yang kira kira sepaham, termasuk orang yang ‘abu abu’ (netral). Buat komunitas. Bisa melalui hobi misalnya olahraga, main pingpong, sambil memasukkan pemikiran kita. Kemudian berkumpul untuk mengusahakan perubahan didalam organisasi.

Senin, 05 Maret 2012

"Toxic Relationship" dengan Pasangan Anda!


Baru-baru ini seorang Ibu menceritakan soal relasi dengan suaminya yang mulai bermasalah. Menurutnya, hubungan mereka ibarat, “Hidup segan mati tak mau”. Satu-satunya alasan mereka bertahan adalah kedua anaknya. Pada saat liburan Tahun Baru lalu, masing-masing membawa ‘anak kesayangan’ kembali ke kampung halamannya masing-masing. Si suami, menurut si Ibu itu, mulai menjelek-jelekkan dirinya di depan teman dan keluarga sebagai wanita karir yang tidak peduli anak. Tatkala, si bungsu dirawat di RS gara-gara keracunan, hal ini dijadikan ‘isu’ besar oleh sang suami sehingga si Ibu ini mulai dipersalahkan oleh keluarga besar.



Kasus lain terjadi pada seorang Ibu tiga anak yang harus merelakan mimpi dan karirnya, demi keluarganya. Sayangnya, si suami sama sekali tidak peduli. Bahkan, ketika bisnis impian suaminya mulai rontok, si suami bilang begini, “Dibalik seorang pria yang sukses ada wanita yang hebat. Tapi, dibalik aku yang gagal, ada seorang wanita yang goblok!”. Hal ini betul-betul meyakiti hatinya.



Pembaca, berbagai kisah dan kejadian nyata di atas membawa saya pada pembahasan penting yang ingin saya angkat pada topik kali ini yakni Toxic Relationship, atau kalau diterjemahkan, hubungan yang beracun (bermasalah). Permasalahan antara pasangan ini bukan lagi sekedar persoalan antar pasangan yang biasa, tetapi sudah mulai mengarah pada hal yang destruktif bahkan saling menghancurkan. Biasanya, toxic relationship menjadi awal malapetaka keluarga yang bermuara pada perceraian.



7 Ciri Toxic Relation

Menurut salah satu pakar hubungan, Marni Kinrys, ada beberapa ciri penting dalam Toxic Relation yang bisa terjadi dalam hubungan perkawinan. Mari kita bedah ciri-ciri Toxic Relation ini.



Pertama, ketika masing-masing mulai sering saling menyerang. Ini dilakukan sebagai bentuk pelampiasan ketidaksenangan, rasa frustrasi ataupun kenjengkelan yang selama ini ditumpuk. Kadang-kadang, penyebab pertengkaranpun adalah hal yang sepele. Selama bertengkar pun, masing-masing  merasa berada pada posisi yang benar.



Kedua, ketika Anda sendiri menjadi harus mulai extra hati-hati dengan apa yang diucapkan ataupun dikatakan. Bayangkan, di rumah yang seharusnya Anda orang bisa lepas berekspreasi, tapi justru Anda harus berhati-hati memgungkapkan diri? Biasanya, masing-masing takut kalau mengekspresikan sesuatu, justru akan jadi pemicu pertengakaran. Maka biasanya, terjadi aksi diam disini!



Ketiga, ketika pasangan Anda tidak lagi memberikan pujian ataupun dukungannya tapi lebih banyak celaan bahkan tragisnya, penghinaan! Itulah alarm tanda bahaya! Daripada memberikan energi, Anda merasa bahwa hubungan ini mulai banyak menghabiskan energi.



Keempat, ketika pasangan Anda mulai menjauhkan Anda dari mimpi, aktualisasi ataupun sesuatu membuatmu bermakna. Jadi setelah perkawinan sekian lama, justru Anda merasa semakin terpuruk ataupun semakin tak berkembang. Bahkan, hal ini juga berlaku tatkala Andapun takut melakukan sesuatu hal-hal yang Anda sukai lantaran khawatir dengan  pandangannya yang negatif.



Kelima, ketika pasangan Anda mulai melakukan kebiasaan ataupun tindakan yang berlebihan, namun cenderung negatif. Misalkan saja, ia mulai curiga secara berlebihan, ataupun cemburu secara berlebihan.



Keenam, ketika pasangan Anda mulai bersikap seeneknya, cuek, masa bodoh bahkan tidak lagi menunjukkan penghargaan atas diri Anda. Bahkan, parahnya dia menganggap diri Anda sekan-akan tidak ada sehingga dia cenderung berlaku semau gue tanpa peduli perasaan Anda.



Ketujuh, ketika pasangan mulai membawa persoalan hubungan Anda ke depan umum, kepada keluarga ataupun teman-teman dekatnya. Misalkan dalam status FB, dalam lelucon ataupun perbincangan dengan teman dan keluarga, dia terang-terangan mulai menyerang dan mempersalahkan Anda.





Tips Mengatasi Toxic Relation

Lantas, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengatasi terjadi dan berkembangnya Toxic Relation ini sebelum menjadi parah?

1.     Ubah Dirimu Dulu. Pepatah mengatakan “It takes two for Tango”. Sesuatu tidak terjadi sendirian. Jadi, jangan-jangan, pemicu sikap buruk dari pasangan Anda berasal dari perilaku yang justru tidak Anda sadari. Cobalah cek, dan kalau perlu minta masukan dari rekan-rekan soal sikap Anda yang berpotensi bikin masalah. Jangan-jangan kesalahan yang bisa dilihat oleh teman-temanmu, itulah juga yang kamu tunjukkan pada partnermu sekarang.

2.     Padamkan Apinya Sebelum Besar. Jangan biarkan masalah Anda jadi berlarut-larut. Tatkala Anda merasakan adanya ketidakwajaran dalam hubungan ini, cobalah berkata jujur. Beranikan diri Anda untuk mengkonfrontasikan isu-isunya sebelum masalah menjadi runyam. Memang untuk hal ini terkadang tidak menyenangkan.Tapi harus Anda lakukan, kalau Anda masih berminat menyelamatkan hubungan Anda.

3.     Fokus Pada Masalahnya, Bukan Orangnya. Tatkala pasangan bertengkar, seringkali yang diserang adalah ego ataupun pribadi. Ini tidak benar! Akibatnya, masalahnya yang sesungguhnya, kadang tetap tidak beres-beres. Katakan padanya hal yang tidak Anda sukai serta bagaimana solusi yang Anda harapkan.

4.     Tetapkan Hati untuk Melihat Perubahan. Intinya, pada saat pasangan kita diberikan masukan, mungkin hal itu akan menyebabkan ia bereksi secara berlebihan. Jika sudah demikian, jangan cepat menyerah. Kembalilah pada harapan dan keinginan Anda. Tetap ungkapkan dengan tegas, apa yang Anda harapkan darinya.

5.     Lakukan Time Out. Ketika Anda sudah memberikan masukan tetapi tidak ada perubahan, mungkin saatnya Anda perlu memikirkan ‘time out’ dalam hubungan Anda. Misalkan saja, mencoba untuk mencari waktu masing-masing untuk tidak kontak selama jangka waktu tertentu, bisa dari bebeapa hari hingga sebulan. Setelah itu, cobalah kontak dan tegaskan lagi keinginan Anda. Namun jika pasangan Anda ternyata menolak juga berubah, ada baik melibatkan pihak yang cukup netral untuk membantu Anda.

6.     Jangan Buru-Buru Cerai! Banyak orang yang memutuskan ‘cerai’ sebagai solusi atas toxic relation mereka. Tahukah Anda, fakta statistik dari University of Chicago mengatakan orang yang bercerai ternyata kebanyakan tidaklah lebih bahagia setelah berpisah. Setelah itu, peluang terjadinya perceraian dalam perkawinan yang kedua juga menjadi semakin rentan. Lebih jauh, Professor Mavis Hetherington dari University of Virginia mengatakan 70% dari anak yang orang tuanya bercerai akan memutuskan perceraian sebagai solusi atas masalah perkawinan mereka kelak. So, percaraian tidak selalu jadi solusi.

Kamis, 01 Maret 2012

BAGAIMANA MEMBANGUN BRAND ANDA?

SmartEmotion Radiotalk oleh Bp Anthony Dio Martin
di SmartFM, Kamis 1 Maret 2012 (jam 7.00-8.00 pagi)

(Dirangkum oleh Bp.Eka Wartana) 


Pak Anthony Dio Martin baru balik dari Malaysia. Beliau berada di Malaysia selama 10 hari menghadiri pertemuan para trainer international di Kuala Lumpur. Branding adalah salah satu topic yang dibahas disana, yang juga menjadi topic kita pagi ini.

Ada dua kasus menarik yang didapat dari KL:

KFC. Seorang pelanggan marah marah karena pelayanan petugasnya terlalu lama. Petugas itu kemudian keluar dan memukul pelanggan itu. Penanganan masalah itu terlalu lama sehingga KFC USA ikut turun tangan.

Toyota. Walaupun belum sampai terjadi kecelakaan, karena ada kekurangan tehnis, Toyota menarik kembali 500 ribuan mobil untuk diperbaiki. Tindakan Toyota ini menciptakan citra (image) yang baik dimata pelanggan.


Pak Anthony Dio Martin juga baru selesai memberikan training Coaching & Counseling bersama Pak Max Sandy yang dihadiri oleh sekitar 50 orang. Pagi pagi tadi Pak Martin sudah menerima satu email yang manis, dari seorang pesertanya, Bp Erick Iskandar, yang menyatakan beberapa kekagumannya terhadap Pak Martin dan Trainingnya:
·       Sangat terkesan dengan semangat, gairah dan energy dari Pak Martin.
·       Merasa terinspirasi oleh training ini.
·       Sebagai Trainer muda, merasa mendapatkan Role Model: Pak Martin.
·       Pulang training dengan membawa manfaat yang sangat besar.
Tanggapan Pak Martin buat Erick: Appreciation is the nature of maturation. Kemauan orang untuk memberikan apresiasi menunjukkan kematangan seseorang. (jadi, supaya jangan jadi orang yang ‘mentah’ alias kurang ‘matang’, berikanlah motivasi kepada orang lain melalui apresiasi yang tulus)


Seberapa penting branding bagi seseorang? Branding adalah bagian dari kecerdasan emosional tentang bagaimana kita ‘memasarkan’ diri kita. Suka atau tidak, kita seringkali menilai orang lain, juga dinilai oleh orang lain. Branding penting karena inilah persepsi orang lain terhadap kita. (branding/ trade mark: memasang ‘merek/label’ dimata orang lain…)

Terkadang satu hal kecil bisa memengaruhi bagaimana penilaian orang terhadap diri kita. Cara kita mengirim email, cara berpakaian, akan menimbulkan kesan tertentu. Pernah ada seseorang yang berpakaian lusuh, dikira office boy dan diperintah oleh seorang peserta training. Ternyata, dia itu adalah Trainer nya…..(Sungguh tragis! Selain bobot ilmu, penampilan juga penting rupanya….pesan moralnya: jangan menilai orang dari penampilannya – jadi boleh boleh aja dong berpenampilan sesuka kita….? Nah lumayan bingung ‘kan…? ;-)).

Branding Test.
Tanyakan 3 hal tentang pendapat orang terhadap diri kita. Contoh 3 kata dari Pak Martin tentang Mbak Riri: semangat, ceria, baik hati. Semangat Mbak Riri ketika berbicara, tawanya yang renyah (krupuk ‘kali…;-)) dan keterlibatannya membantu orang yang terabaikan, adalah hal hal yang menggambarkan sosok seorang Riri Artakusuma.    

Jenis Branding.
External Branding: apa yang kita munculkan keluar, apa yang bisa mempromosikan diri kita kepada orang lain.

Internal Branding: bagaimana kita melihat diri sendiri.

Yang mana yang lebih penting? Keduanya harus selaras. Jurang perbedaan antara keduanya bisa menjadi masalah.


2 Hal Penting Bagi Branding Anda:

2C: Competency + Credibility.

Competency adalah kemampuan, expertise kita.

Credibility adalah bagaimana kita memasarkan diri kita sehingga menimbulkan kepercayaan orang.

Mempromosikan diri: mengutarakan inilah diriku, ini service yang mampu kita berikan. Contoh yang dilakukan oleh Pak Martin tentang branding: passion beliau tentang EQ, memperjuangkan supaya EQ bisa dikenal dan dimasayarakatkan secara nasional. Setiap hari beliau mempromosikan apa yang beliau tahu, bukan tentang dirinya, melalui FB, Twitter, tulisan di majalah, dan lain lainnya. Branding menyangkut 2 C: Competency & Credibility.

Tips Pak Martin:
·       Jangan hanya Credibility Menjul tetapi tidak punya Competency. Sehebat-hebatnya menjula, inga dong Competency. Banyak yang pintar menjual, tetapi pas diminta untuk memberikan servisnya, hasilnya payah (ini bisa merusak brandingmu)
·       Give and Take, bukan Take & Give. (beri dulu baru mintajadi impas dong…? ;-)). Apa yang kita berikan kepada dunia akan dikembalikannya kepada kita.
·       Menyembunyikan pengetahuan dari orang lain dan hanya untuk kepentingan sendiri, adalah tanda orang yang bermental kekurangan (Scarcity Mentality…..kayak ‘scar’ yang mencoreng mukanya….lawan dari Abundance Mentality, asas berkelimpahan…semuanya kebagian kok, gak usah berebutan…..)


Ada satu cara bagus untuk meningkatkan 2 ‘C’ kita, yaitu dengan mengikuti training:

Trainer In Action (Sertifikasi International: ELT)
12-15 March 2012
Registrasi: 021 351 8505
Bonusnya banyak sekali, termasuk bekal bekal yang diperlukan para Trainers. Training ini mengajarkan bagaimana membangun brand sebagai trainer. Training ini bersumber dari MWS: Mini Workshop Series. Salah satu trainer dari MWS menjadi juara 1 dalam kontes training internasional di Australia. MWS adalah satu lembaga yang memperjuangkan supaya perusahaan mempunyai trainer internal. Dengan begitu perusahaan tidak selalu harus memakai trainer external trainer. Biaya training perusahaanpun dapat dihemat.  



Membangun Branding.
1.     Branding harus dimulai dari sadar diri sendiri dulu. Branding Anda seperti apa.  
2.     Tanya orang 3 kata yang menggambarkan persepsi orang tentang Anda. Atau check di Google: ketik nama lengkap Anda yang dikasih tanda petik (misal: "Anton"), klik enter, lihat seberapa banyak hits untuk nama anda (ADM: 54 ribuan…!). Tapi hati hati karena orang klik bisa karena hal yang bagus, bisa juga karena hal yang jelek.

3E Tentang Branding:

·       Exposure. Bagaimana pandangan orang tentang kita.

·       Experience. Bagaimana pengalaman orang berinteraksi, berkomunikasi dengan kita.

·       Engage. Bagaimana kelanjutannya, apakah orang masih mau kenal kita lebih lanjut atau tidak.


Diskusi Telpon/ SMS.

Branding Yang Kurang Dan Yang Berlebih. (Bp Taufik). Ada orang yang tidak punya sesuatu tapi selalu mencitrakan dirinya sebagai ‘punya sesuatu’. Tidak tahu tentang leadership atau tentang computer, tapi dia bicara sedikit tentang hal itu, seakan dia tahu banyak. Sebaliknya ada orang yang memiliki sesuatu, tapi tidak pandai branding sehingga dia terjebak dalam persepsi orang lain yang kurang bagus.

ADM: Setiap apa yang kita lakukan ada konsekuensinya. Kalau apa yang dikatakannya ternyata tidak sesuai, maka ini akan berdampak pada branding dia sendiri. Ungkapan “Fake IT Until You Make It” (berpura puralah terus sampai Anda betul betul mampu melakukannya), tidak disetujui oleh Pak Martin karena perlu ada kedalaman pengetahuan yang mendasarinya. (in depth). Orang bisa termotivasi dengan cara ini, tapi cepat atau lambat orang akan tahu juga seberapa dalam pengetahuan kita tentang hal itu.

Pak Anthony Dio Martin sendiri diberi title “The Best EQ Trainer Indonesia” oleh Gramedia. Dengan title itu, beliau harus bisa menjawab segala pertanyaan hal tentang EQ. Kalau tidak, branding beliau akan terpengaruh.

Branding: IQ atau EQ? (Bp Bambang). Pengaruh kualitas diri dengan sikap memberi atau menerima. ADM: Ini menyangkut keduanya, IQ dan EQ: Competency & Credibility (seperti keterangan diatas tentang 2 C). Kita harus memberi dulu, baru menerima. Ini mempengaruhi kredibiitas kita.

Nila Dan Susu (Bp. Harry). Pepatah: Karena nila setitik, rusak susu sebelanga, bisa terjadi dalam usaha branding. Penampilan bagus, tapi ada lubang kecil di baju. Beliau menceritakan dengan terus terang tentang kekurangan itu kepada audiens. Tanggapan audiens malah bagus, dan rasa PD beliaupun meningkat kembali.

ADM: Pada umumnya manusia adalah pemaaf. Pengakuan atas kesalahan yang dibuat akan dimaafkan. Dalam training tentang Stress Management, Pak Martin cerita bagaimana, saat kaos kakinya dibuka, ternyata ada bolongnya. Komentar beliau: “Kaki saya lagi butuh oxygen nih…..”. Kalau kita bisa menceritakannya dengan rendah hati, orang akan memaafkan. Sikap defensive malah mengundang serangan lebih gencar dari orang lain. Minta maaf sajalah. (ha ha ha ha, jawaban yang lucudijahit lagi aja, Pak……nanti kalau kurang oxygen, dikipas kipas…..uuuh, baunya jadi nyebar kemana mana….;-)).

Branding Ke Atasan Atau Bawahan? ADM: Lebih baik ke atasan karena atasan yang menentukan gaji( dari sisi politis), tapi jangan melupakan bawahan juga. (yah……, cuma atasan dan bawahan yang disebut, kasihan golongan menengah, gimana nasib si middle managers ya….?)

Sales = Jual Diri. ADM: Sell yourself before you sell your product. Jual diri anda dulu sebelum menjual produk anda. Kalau pelanggan sudah suka kepada kita, maka kecenderungannya, lebih mudah menjual produk kita.

Pertimbangan Lingkungan.

ADM: Ada 3 hal yang perlu diperhatikan: apa yg ditampilkan, bagaimana menampilkannya, kepada siapa kita tampilkan (bagaimana lingkungannya). Contoh: main biola terlalu keras pada lingkungan yang tidak suka biola, kurang pas. Branding harus disesuaikan dengan lingkungan.



Kesimpulan:

·       Dengan Branding yang bagus, tidak usah kuatir kena PHK, pasti ada yang menampung kita atau bahkan pasti tidak di PHK. Orang akan percaya kepada kita dan membeli produk kita.

·       Mari kita yakin, rasakan: Anda adalah The Walking Brand. Apapun yang Anda lakukan, apakah selagi menyetir, berbicara, Anda membawa Brand Anda.



Komentar Serius

·       Meniru Brand. Bedanya meniru branding diri dan branding produk: kalau meniru brand/ merek orang lain, maka kita akan dituntut dipengadilan; tapi meniru cara branding orang yang sukses, membawa kita menuju sukses juga…….Lebih baik lagi: temukan cara unik kita sendiri untuk branding. (contoh branding MindWeb: Berpikir Tanpa Mikir)

·       Semua Brand/ Merek punya harga. Branding yang baik akan menaikkan dua harga kita: harga diri dan harga pasar alias bayaran kita. Saran: hindari ‘harga’ yang satu ini: harga mati, karena disamping tidak fleksibel juga statis….gitu gitu aja, gak maju maju….
Notes akhir dari Anthony Dio Martin:
Thanks untuk Pak Eka Wartana, yang secara rutin setiap hari Kamis, dengan setia menuliskan rangkuman ini.