Saya begitu sedih tatkala mendengar kisah tentang adik kita
pecinta alam, Eri Yunanto usia 21 tahun yang jatuh ke dalam kawah Gunung Merapi
di Sabtu, 16 Mei 2015 lalu. Diceritakan, mahasiswa semester 6 Universitas
Atmajaya Yogyakarta tersebut terpeleset saat akan turun dari puncak Gunung
Merapi usai berfoto-foto. Diceritakan, dari kelima pendaki adalah Erri
dan Dicky yang sampai
di puncak Garuda lalu sempat berfoto-foto di puncak itu. Sayangnya
saat Eri hendak berjalan turun dari puncak dia jatuh terpelet ke arah selatan
ke dalam kawah. Dicky, teman Eri yang melihat kejadian tersebut langsung
meminta bantuan pada pendaki lainnya di pos II untuk melaporkan kejadian
tersebut pada petugas base camp. Ternyata, selanjutnya tim SAR akhirnya menemukan jenazah Eri Yunanto di kedalaman 200
meter kawah Merapi, dalam kondisi sudah meninggal. Berita ini sudah membuat
hati kita terpukul, apalagi keluarga yang ditingalkannya.
Memang,
soal kehidupan seseorang kita tidak pernah tahu kapan dipanggil oleh Tuhan.
Tetapi, kejadian yang menimpa Eri Yunanto, sebaiknya tetap memberikan
pembelajaran serta kebijaksanaan kepada kita pula. Pastinya, Eri Yunanto pun
bukanlah semabarang pendaki. Dan kalau bisa sampai ke Puncak Garuda, tentunya
dirinya juga cukup terlatih. Hanya saja, seterlatih-terlatihnya, tetap saja
perlu kewaspadaan. Eri Yunan telah meninggalkan kita dan keluarganya, tetapi
semoga kejadian yang dialaminya bisa tetap kita petik hikmahnya. Sehingga, bisa
dikatakan inilah pesan dan nasihat yang diberikan oleh Eri Yunanto kepada kita,
melalui apa yang dialaminya.
Pertama
dan teutama, tetaplah waspada. Meskipun terlaltih, jangan pernah sepelekan dan
jangan pernah meremehkan. Orang yang terlatihpun bisa membuat kesalahan, apalagi
yang tidak terlatih. Janganlah sok keren. Karena itulah yang kadang seringkali
kita lihat pada anak-anak remaja ataupun orang muda yang sok bergaya sehingga
lupa untuk selalu waspada. Saya ingat pernah menyaksikan acara trek-trekkan dimana
salah satu pengendara sepeda motor sok mengangkat motornya. Motornya terangkat,
namun ia tidak bisa kendalikan, bannya slip dan akhirnya bersama dengan
motornya ia jatuh ke dalam got. Ia pun berteriak kesakitan karena kayaknya
tangannya patah. Padahal, kalu dilihat dari gayanya, ia sudah terbiasa.
Kedua,
setelah bergaya, jangan lupa fokus dan berhati-hati. Hal yang cukup membuat sedih adalah foto Eri
yang terakhir di Puncak Garuda. Fotonya bagus, tetapi itu juga menjadi foto
terakhirnya. Pastilah Eri tidak pernah terpikir bahwa itu akan menjadi foto
terakhirnya. Dan pastilah Eri tidak mungkin, akan membiarkan dirinya
sembarangan, kalau seandainya ia tahu ia bakalan jatuh. Tapi memang alam
berkehendak lain. Ia terpeleset dan jatuh ke kawah yang sangat dalam. Disinilah
Eri mengajari kita meskipun keren, tetaplah harus berhati-hati. Nah,
kenyataannya, banyak remaja yang betul-betuk menerjang bahaya. Sebagai contoh
saya ingat dengan foto-foto keren dari seorang remaja putri Rusia yang hobi
melakukan selfie di tempat-tempat yang tinggi. Naas baginya, suatu ketika ia
selfie di sebuah bangunan tinggi, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh sehingga
meninggal karena kena listrik tegangan tinggi. Sungguh kejadian yang naas.
Nah,
belajar dari kejadian itulah, kita kembali diingatkan soal pentingnya berpikir
konsekuensial. Yakni memikirkan dalam-dalam tentang akibat kita melakukan
sesuatu, supaya jika terjadi hal yang buruk kiuta masih bisa mengantisipasinya.
Lihatlah hal yag dilakukan di sirkus-sirkus. Bayangkan, mereka berlatih
bertahun-tahun untuk bisa mahir berakrobat melompat dri tali yang satu ke tali
yang lain. Mereka berlatih keras sampai mahir. Tapi lihatlah, meskipun
demikian, semahir-mahirnya mereka masih menggunakan jarring pengaman. Kenapa?
Bukankah mereka sudah sangat terlatih? Alasannya sederhana! Hal yang terburuk
bisa saja terlatih. Cobolah pikirkan cara mengantisipasi kalau hal yang
terburuk itu terjadi. Jangan berpikir “semuanya akan fine-fine saja” tapi
ketika kejadian yang buruk terjadi, barulah kita sesali. Biasanya kalau hal
yang buruk terjadi, barulah kita menyesali, barulah kita sadar, tapi segalanya
seringkali sudah terlambat. Semoga dari kejadian yang dialami oleh Eri Yunanto
kita bisa belajar soal kehati-hatian. Dengan demikian, meskipun telah
meninggalkan kita, Eri tetap memberikan kebijaksaan dan pengalaman hidupnya
untuk kita pelajari.
Salam
Antusias!
Anthony
Dio Martin
@anthony_dmartin
0 komentar:
Posting Komentar