Kalimat ini diucapkan oleh Charlie Chaplin, salah
seorang yang aktor, sutradata dan penulis film terkemuka. Biasanya, kita hanya
mengenalnya dari film-film bisu tapi lucu, yang diperankannya sendiri. Untuk
diketahui saja, Charlie Chalin yang nama lengkapnya adalah Charles Spencer
Chaplin, yang sewaktu di usia 10 tahun adalah anak terbuang yang harus hidup
bertahan di jalanan, di kota London. Namun 40 tahun kemudian, seluruh dunia
mengenalnya sebagai aktor dan pelawak yang sangat lucu. Dunia akhirnya
mengagumi dan mencintai orang ini. Ia sendiri hidup dengan kekayaannya yang
luar biasa hingga akhir hayatnya. Meskipun sempat mengalami tantangan sewaktu
munculnya film bersuara, namun filmnya yakni City Lights termasuk salah satu
film terbaik sepanjang masa. Mengomentari tentang kesuksesan dan
keberhasialnnya sebagai seorang aktor film bisu, itulah salah satu komentarnya
sederhana, "Mukamu adalah
Keberuntunganmu!"
Smart Emotion RadioTalk
HR Excellency.
ELT,PLT Trainers Meet
MWS Indonesia.
with Abdul and the Coffee Theory
Seminar Kecerdasan Emosi bersama Suara Pembaruan.
Great Trainer in Action
ELT Certification Workshop.
Sabtu, 27 Juni 2015
Selasa, 23 Juni 2015
Korban Jatuh Di Merapi dan Sekali Lagi Soal Berpikir Konsekuensial
Saya begitu sedih tatkala mendengar kisah tentang adik kita
pecinta alam, Eri Yunanto usia 21 tahun yang jatuh ke dalam kawah Gunung Merapi
di Sabtu, 16 Mei 2015 lalu. Diceritakan, mahasiswa semester 6 Universitas
Atmajaya Yogyakarta tersebut terpeleset saat akan turun dari puncak Gunung
Merapi usai berfoto-foto. Diceritakan, dari kelima pendaki adalah Erri
dan Dicky yang sampai
di puncak Garuda lalu sempat berfoto-foto di puncak itu. Sayangnya
saat Eri hendak berjalan turun dari puncak dia jatuh terpelet ke arah selatan
ke dalam kawah. Dicky, teman Eri yang melihat kejadian tersebut langsung
meminta bantuan pada pendaki lainnya di pos II untuk melaporkan kejadian
tersebut pada petugas base camp. Ternyata, selanjutnya tim SAR akhirnya menemukan jenazah Eri Yunanto di kedalaman 200
meter kawah Merapi, dalam kondisi sudah meninggal. Berita ini sudah membuat
hati kita terpukul, apalagi keluarga yang ditingalkannya.
Sabtu, 20 Juni 2015
Science of Stupid dan Berpikir Konsekuensial
Salah
satu acara yang suka saya nikmati bersama dengan anak-anak di rumah adalah
program The Science of Stupid. Acara ini sudah ditayangkan sejak tahun 2014
oleh National Geographic. Apa sih Scinece of Stupid itu? Pada dasarnya, Science
of Stupid itu berisi kumpulan klip-klip orang, yang isinya kebanyakan anak muda
yang melakukan hal-hal yang bodoh, atau stupid. Kenapa disebut bodoh atau
stupid. Karena, kalau dijelaskan secara ilmiahpun, tidak mungkin dilakukan,
sulit dilakukan ataupun nyaris tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya
pengalaman sama sekali. Makanya, di awal-awal acara disebutkan bahwa contoh
yang diberikan adalah contoh-contoh salah yang tidak boleh ditiru. Dan untuk
membuat kita tidak membuat kesalahan itu, akhirnya di bagian akhir acara ini,
dijelaskan penjelasannya secara ilmiah.
Senin, 15 Juni 2015
Beras Plastik dan Bisnis-Bisnis Lain Yang Tidak Cerdas Emosi
Rekan-rekan. Isu soal beras plastic begitu santer
terdengar. Dimulai dari laporan soal temuan tentang adanya beras plastic di
Bekasi. Lantas, kondisi itupun dimuat di Instgram.Beritanya pun kemudian
menyebar kemana-mana. Hingga level bupati, gubernur sampai Menteripun turun
tangan. Uji labpun dilakukan. Pertama oleh Sucofindo, yang menyatakan adanya
bahan plastic. Lalu, diuji ulang oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
yang justr meyatakan tidak adanya unsure plastic. Berita inipun kemudian
menjadi simpang siur. Adakah berasnya? Kalau beras aja dipalsukan, gimana
makanan lainnya? Tapi, belakangan ini, berita soal beras plastikpun mulai
ditepis karena dikatakan bahwa justru membuat beras plastic itu jauh lebih
mahal. Beritanyapun seoalh-olah mulai lenyap.
Minggu, 07 Juni 2015
“DON’T JUDGE BEFORE YOU TRY” (It’s true especially with people...)
Beberapa tahun lalu saya ingat ketika anak saya mendapat PR matematika
yang tidak biasanya. Kala itu, dari yang biasanya susunan penjumlahannya
mendatar, kali ini mulai berbentuk menurun. Bayangkan, penjumlahannya
mencapa angka berpuluh-puluh, meskipun masih dibawah seratus.
Saya mulai membayangkan bagaimana anak yang usianya baru saja mencapai 6
tahun disuruh belajar berhitung demikian. Rasa-rasanya, saya baru
belajar seperti ini waktu kelas dua SD.
Saya bayangkan, betapa susahnya mengajarkan penjumlahan menurun. Harus mulai dari ujung paling kanan dulu. Kalau melewati puluhan, maka tulis satuannya dulu. Puluhannya disimpan. Membayangkan cara mengajarkannya saja sudah membuat mumet.Akhirnya, setengah jam, saya biarkan anak saya, George mengerjakan dengan cara lama yakni ditulis menjadi soal mendatar dulu, baru kemudian dibuat penjumlahannmyua berdasarkan hafalan yang selama ini dikondisikan.
Saya bayangkan, betapa susahnya mengajarkan penjumlahan menurun. Harus mulai dari ujung paling kanan dulu. Kalau melewati puluhan, maka tulis satuannya dulu. Puluhannya disimpan. Membayangkan cara mengajarkannya saja sudah membuat mumet.Akhirnya, setengah jam, saya biarkan anak saya, George mengerjakan dengan cara lama yakni ditulis menjadi soal mendatar dulu, baru kemudian dibuat penjumlahannmyua berdasarkan hafalan yang selama ini dikondisikan.
Rabu, 03 Juni 2015
JADILAH SANG BINTANG DI TEMPAT KERJAMU!
(Resensi Buku “Becoming A Star Employee” karya Anthony Dio Martin)
Oleh: Ferry Wijayanto
Apakah Anda
seorang karyawan yang sudah lama bekerja tapi stuck di posisi karir saat ini ?
Apa sich yang
dimaksud dengan menjadi karyawan STAR? Apakah aku juga bisa menjadi seorang
karyawan STAR ?
Apakah Anda
seorang atasan yang mempunyai anak buah yang kurang produktif dalam team kerja?
….. dan tentu masih banyak pertanyaan lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)