TKI (Tenaga Kerja Indonesia) bener-bener suatu hal
yang dilematis!
Di dalam neegri nggak ada kerjaan, kerjaan kurang
ataupun penghasilannya kurang. Sementara, di luar negeri, orang-orang kaya
butuh pebantu atau tenaga pembantu, Terjadilah hukum supply-demand. Maka, berbondong-bondonglah TKI kita kabur ke luar.
Paling sering kita dengar adalah di Arab serta Malaysia.
Tapi, berita dan berbagai kejadian pun silih berganti
terjadi. Dan hal yang paling bikin miris adalah baru-baru ini saya membaca berita
di suratkabar yang memuat berita bagaimana TKI Indonesia diperdagangkan.
Bahkan, muncul headlines di surat kabar “Indonesia Maid: Sale!”. Ini kambing
kurban atau barang belanjaan? Coba simak, perhatikan baik-baik iklan di bawah
ini!
Salah siapa dong? Indonesia mengungkapkan rasa marahnya. Tetapi, sebenarnya sebelum buru-buru menyalahkan pihak Malaysia, kita pun punya Pe-eR penting. Urgent: Bereskan sistem ketenagakerjaan kita! Memang, kita meraup banyak dinar, dollar dan ringgit dari pengiriman TKI keluar. Katanya, pahlawan devisa! Tapi, melihat berita di TV dan koran terus bermunculan: TKI yang disiksa, TKI yang akan dihukum gantung, TKI yan terlibat prostitusi, TKI yang mati, dll. Kita pun perlu memikirkan secara serius? Kita senang mendapatkan devisa dari mereka, tapi uang mereka dibayar dengan taruhan yang mahal. Dan siapakah yang sungguh paham bagaimana nasib mereka disana? Mengharap pemerintah luar negeri yang akan melindungi TKI kita, sebenarnya rada berlebihan. Kenapa? Lha mereka sendiri punya banyak urusan dalam negeri yang harus diurus. Kalaupun masuk agenda mereka, pastilah agenda yang kesekian. Nggak terlalu prioritas buat mereka! Terbukti kan…kita terus-menerus mendengar isu-isu terkait TKI kita, dan ke depannya akan terus terulang lagi dan lagi….
Saya memang bukan pemerintah dan saya memang tidak
berniat cuma mengkritik tanpa kasih solusi. Tapi, ide mengirimkan TKI keluar
seperti sekarang dengan bargaining position
yang lemah, sungguh ironis. Lihat saja beritanya. TKI dihukum mati, gara-gara
membunuh majikannya. Padahal, kalau ditelusuri penyiksaan yang diterima sungguh
luar biasa. Itu bentuk perlawanan (meskipun
tetap tidak bisa kita benarkan sih!). Lha, masalahnya kalau terus-menerus
disiksa begitu oleh majikannya, bisa-bisa yang pulang ke tanah air adalah mayat
TKI itu. Itu pun sering terjadi. Entah bagaimana nasib majikannya yang menyiksa
sampai mati. Paling-paling cuma hukum penjara beberapa tahun. Betul kan….betapa
lemahnya bargaining position bangsa
kita dengan mengirim TKI ini?
Pemerintah….ayo, ke depannya bukanlah hal yang
membanggakan dengan mengirimkan TKI. Para TKI kita pun rata-rata berpendidikan
rendah yang ingin berjuang demi kehidupan lebih baik. Sebagian besar dari
mereka adalah manusia Indonesia yang punya pendidikan terbatas, yang demi
mengejar kehidupan yang lebih baik (demi untuk keluarga, demi untuk masa
depannya) mencoba peruntungan di negeri orang yang entah berantah kondisinya.
Pemerintah, stop korupsi….jadi uang pajak bisa dipakai untuk perbaikan bangsa,
termasuk buka lapangan kerja. Stop pungli, sehingga lebih banyak investor yang
tertarik membangun lapangan kerja di Indonesia. Sungguh, kalau kita lihat dalam
skala besarnya….TKI adalah produk kegagalan bangsa kita untuk menciptakan
lapangan kerja yang layak dan berkualitas. Nah, sementara kita belum bisa
menuntaskan Pe-eR dalam negri ini, pemerintah, berjuanglah untuk masa depan TKI
kita. Lindungi mereka. Betapa mengenaskan setiap tahun kita mendengar dengan
hati miris….TKI yang disiksa, digantung….dilecehkan…dianiaya…dijual (seperti
iklan tadi). Oh TKI kita!
0 komentar:
Posting Komentar