Jumat, 20 Februari 2015

THE ART OF LOVING



THE ART OF LOVING
“What a grand thing, to be loved. What a grander thing still, to love.” Victor Hugo

            Alkisah, ketika manusia diciptakan, Tuhan mempunyai rencana indah. Hati yang ditaruh dalam diri setiap manusia tidak lengkap. Ada yang hanya separuh, ada yang sepertiganya saja, tapi ada juga yang nyaris penuh. Sisanya yang lain, justru sengaja dibuat berkeping-keping dan ditaruh dalam diri manusia yang lainnya. Baru setelah itulah, manusia dikirim ke muka bumi. Dan inilah yang kemudian menjadi tugas manusia. Yakni mencari dan mendapatkan kembali kepingan hatinya justru melalui hubungan dan perhatiannya kepada orang lain. Mereka yang terobsesi mencari pada dirinya saja akan sia-sia. Tetapi, inilah permainan yang menarik, melalui cinta dan perhatian kita pada orang lainlah, maka hati kita menjadi utuh kembali. Menariknya pula, kita tidak pernah tahu siapa yang menyimpan kepingan hati kita. Kita hanya bisa mencoba dan berusaha. Tetapi, kita juga harus ingat bahwa kita pun menyimpan kepingan-kepingan hati orang lain yang harus kita berikan kepada orang yang layak mendapatkannya. Inilah bagian dari ‘seni mencinta’ bagi manusia di dunia.

            Pembaca, bulan ini adalah bulan dimana kita me-refleksi akan pentingnya cinta sebagai salah satu motivasi besar untuk kehidupan kita. Bulan dimana kita merayakan Valentine Day, hari kasih sayang. Suatu penelitian soal cinta yang menarik dari majalah Psychology Today di tahun 2002 mengatakan bahwa jiwa kita membutuhkan cinta, sama seperti halnya tubuh kita membutuhkan oksigen. Mereka yang kekurangan cinta cenderung akan menjadi mudah depresi. Bahkan dikatakan bahwa cinta adalah obat anti-depresant terbaik di dunia! Realita justru menemukan bahwa mereka yang gampang depresi tidak mudah untuk mencintai, baik diri mereka sendiri maupun orang lain. Mereka ini jadi sangat berpusat pada diri mereka sendiri. Namun akhirnya, inilah yang justru menyebabkan mereka dijauhi orang.
            Cinta merupakan seni penting dalam kehidupan kita. Bukan pada manusia saja, bahkan bagi hewanpun, cinta merupakan kunci kehidupan penting. Beberapa penelitian dengan kucing menunjukkan bahwa kucing-kucing yang selama 3 bulan pertama tidak pernah bersentuhan dengan induknya atau manusia, akhirnya akan menjadi kucing liar. Beberapa penelitian lain dengan bayi manusia menunjukkan bahwa anak-anak yang jarang bersentuhan dengan ibunya menjadi lebih kurang merasa aman serta kurang terbuka dalam mengekspresikan perasaannya kepada orang lain.

Empat Tips Soal Cinta
            Sayangnya, berbagai film dan cerita romantic membuat kita agak kacau memahami soal cinta. Karena itu ada beberapa landasan penting soal cinta, yang perlu kita bangun kembali.
            Pertama, mari bedakan antara cinta dengan sensasi. Cinta adalah sesuatu yang lama serta mendalam. Sedangkan sensasi hanya sesaat. Banyak orang berusaha mencari kesana kemari untuk mendapatkan cinta yang spektakuler, yang menyebabkan hidupnya jadi bertualang dari satu orang ke orang lain. Pada dasarnya ini bukanlah cinta, tetapi sensasi. Hal ini sering jadi penyakit orang-orang terkenal yang ditampilkan dalam berita-berita seputar para selibirtis. Saya masih ingat pernah terkagum-kagum dengan perkawinan spektakuler seorang artis dengan pria bule yang kaya dan tampan. Perkawinannya pun dibuat sangat romantic, pokoknya sempurna. Saat ditanya wartawanpun ia berkata, “saya yakin telah menemukan cinta sejati saya. Saya merasa dialah soulmate saya”. Tetapi kenyataannya beberapa tahun kemudian, cinta si artis itu pun meluntur. Konon si artis ini, menemukan pria tambatan cintanya yang lain. Mereka pun bercerai. Hal ini lantas memberikan kita pelajaran yang menarik. Tatkala Anda menghadiri atau mengadakan pesta pernikahan yang spektakuler dan fantastis, pastaslah kita bertanya pula secara jujur, “Apakah rasa cinta yang  sesungguhnya juga sama dalamnya, sama panjangnya serta akan sespektakuler pestanya? Disini, waktu yang akan menunjukkannya!” Karena itulah kita melihat, cinta bukanlah sekedar pesta meriah, cinta juga bukanlah hanya hadiah luar biasa, atau peristiwa yang spektakuler. Bahkan, jauh dari itu, cinta adalah sesuatu yang wajar, mendalam, menyentuh relung hati yang paling dalam, rasional serta membutuhkan komitmen panjang.
            Bandingkan dengan kisah cinta artis pop Celine Dion yang pada tahun 2000, memutuskan mundur sementara dari panggung musik, karena suaminya Rene Angelil menderita kanker. Beberapa tahun, ia bahkan hanya menghabiskan waktu merawat suaminya. Padahal, tentu saja Celine Dion bisa meneruskan karirnya atau bahkan mencari pria lain, sekalipun. Tapi inilah bukti cinta yang ia perjuangkan demi orang yang dicintainya. Maka, rasanya sangat pantaslah kalau Celine Dion melantunkan lagunya “The Power of Love”. Ia bukan hanya menyanyikan, tetapi juga membuktikannya.
            Kedua, cinta bukanlah proses yang pasif. Banyak film dan cerita novel yang seolah-olah mengajari bahwa cinta adalah sesuatu yang kebetulan dan orang hanya menunggu ketika momennya tiba. Berbalikan dengan semua ini, majalah Psychology Today justru meneliti bahwa mereka yang sehat hubungannya dengan pasanggannya bukanlah yang pasif tetapi yang justru aktif memberi dan membagikan kasih sayangnya. Sebaliknya, mereka yang depresi lebih sering menunggu dan pasif dalam hal mengekpresikan perasaan maupun kasih sayangnya. Tidaklah mengherankan kalau dalam kesimpulan majalah Psychology Today tersebut dikatakan bahwa cinta adalah suatu ketrampilan yang sangat penting untuk dipelajari. Saatnya kita belajar juga seni mencintai dan belajar secara aktif memberika kasih kita kepada orang-orang sekeliling kita, maka kitapun akan mendapatkannya dalam bentuk balasan berkali-kali lipat. Saya ingin ingatkan lagi kata-kata dari Ibu Teresa dari Calcutta, “Orang yang selalu memberikan cintanya adalah orang yang pantas dicintai. Dan kalaupun tidak sekarang, pada akhirnya orang ini akan dicintai!”
            Ketiga, cinta bukanlah bisnis. Banyak orang mencintai dengan harapan akan mendapat balasan tertentu.  Akibatnya, saat tidak mendapatkan apa yang diharapkan, orang menjadi mudah kecewa. Begitu pula, ada beberapa orang yang melakukan tuntutan atas nama cinta. “Kalau kamu mencintai, kamu pasti mau begini…” Ini adalah bentuk manipulasi cinta dan ini bukanlah cinta tetapi sebuah transaksi. Dalam cinta yang sesungguhnya kita tidak lagi hitung-hitungan. Bahkan ada banyak kisah dimana justru jika dihitung-hitung secara bisnis, cinta ini merugikan. Tapi ganjarannya adalah kebahagiaan dan inilah yang tak terukur dengan uang. Saya pun teringat kisah kehidupan Shieh Kun San, seorang pelukis cacat dari HongKong. Saat menikahi Shie Kun San, istrinya harus mendapatkan tentangan luar biasa. Masalahnya Shieh Kun San hanya pelukis kere, dan yang celaka, diri Shieh dalam kondisi cacat tanpa tangan dan sebelah matanya pun buta. Tapi karena rasa cintanya, mereka nekat menikah. Bertahun-tahun kemudian, berkat motivasi dan cinta istrinya, Shieh Kun San justru menjadi salah seorang pelukis cacat yang sangat termasyur di HongKong.
            Keempat, perasaan cinta pun menyehatkan secara fisiologis. Perasaan cinta ternyata menghasilkan suatu zat oksitoksin yang sangat berguna bagi tubuh kita. Zat ini inilah yang membuat kita merasa nyaman, hangat dan ceria terus. Beberapa obat-obatan terlarang, juga menghasilkan zat-zat dengan efek yang mirip. Beberapa penelitian dengan pasangan tua yang banyak memberikan pelukan, dan mengungkapkan rasa kasih sayangnya, menunjukkan jumlah zat oksitoksin yang lebih banyak dalam kandungan darah mereka. Begitu juga anak-anak yang sering mendapatkan pelukan dan ciuman dari orang tuanya, mempunyai kandung oksitoksin yang lebih tinggi. Yang membuat mereka lebih tidak mudah depresi, lebih ceria dan lebih bahagia dalam hidupnya.
            Semoga bulan ini memberikan kita kesempatan menghargai cinta yang kita terima selama ini. Dan juga memotivasi untuk memberikan kasih sayang tanpa syarat yang berlimpah kepada orang-orang yang telah membuat hidup kita begitu indah.

0 komentar:

Posting Komentar