THE ART OF LOVING
“What a grand thing, to be loved. What a grander thing
still, to love.” Victor Hugo
Alkisah, ketika manusia diciptakan,
Tuhan mempunyai rencana indah. Hati yang ditaruh dalam diri setiap manusia
tidak lengkap. Ada yang hanya separuh, ada yang sepertiganya saja, tapi ada juga
yang nyaris penuh. Sisanya yang lain, justru sengaja dibuat berkeping-keping
dan ditaruh dalam diri manusia yang lainnya. Baru setelah itulah, manusia
dikirim ke muka bumi. Dan inilah yang kemudian menjadi tugas manusia. Yakni
mencari dan mendapatkan kembali kepingan hatinya justru melalui hubungan dan
perhatiannya kepada orang lain. Mereka yang terobsesi mencari pada dirinya saja
akan sia-sia. Tetapi, inilah permainan yang menarik, melalui cinta dan
perhatian kita pada orang lainlah, maka hati kita menjadi utuh kembali.
Menariknya pula, kita tidak pernah tahu siapa yang menyimpan kepingan hati
kita. Kita hanya bisa mencoba dan berusaha. Tetapi, kita juga harus ingat bahwa
kita pun menyimpan kepingan-kepingan hati orang lain yang harus kita berikan
kepada orang yang layak mendapatkannya. Inilah bagian dari ‘seni mencinta’ bagi
manusia di dunia.
Pembaca, bulan ini adalah bulan dimana kita me-refleksi
akan pentingnya cinta sebagai salah satu motivasi besar untuk kehidupan kita. Bulan
dimana kita merayakan Valentine Day, hari kasih sayang. Suatu penelitian soal
cinta yang menarik dari majalah Psychology Today di tahun 2002 mengatakan bahwa
jiwa kita membutuhkan cinta, sama seperti halnya tubuh kita membutuhkan
oksigen. Mereka yang kekurangan cinta cenderung akan menjadi mudah depresi.
Bahkan dikatakan bahwa cinta adalah obat anti-depresant terbaik di dunia!
Realita justru menemukan bahwa mereka yang gampang depresi tidak mudah untuk
mencintai, baik diri mereka sendiri maupun orang lain. Mereka ini jadi sangat
berpusat pada diri mereka sendiri. Namun akhirnya, inilah yang justru menyebabkan
mereka dijauhi orang.
Cinta merupakan seni penting dalam
kehidupan kita. Bukan pada manusia saja, bahkan bagi hewanpun, cinta merupakan
kunci kehidupan penting. Beberapa penelitian dengan kucing menunjukkan bahwa
kucing-kucing yang selama 3 bulan pertama tidak pernah bersentuhan dengan
induknya atau manusia, akhirnya akan menjadi kucing liar. Beberapa penelitian
lain dengan bayi manusia menunjukkan bahwa anak-anak yang jarang bersentuhan
dengan ibunya menjadi lebih kurang merasa aman serta kurang terbuka dalam
mengekspresikan perasaannya kepada orang lain.
Empat Tips Soal Cinta
Sayangnya, berbagai film dan cerita
romantic membuat kita agak kacau memahami soal cinta. Karena itu ada beberapa
landasan penting soal cinta, yang perlu kita bangun kembali.
Pertama, mari bedakan antara cinta
dengan sensasi. Cinta adalah sesuatu yang lama serta mendalam. Sedangkan
sensasi hanya sesaat. Banyak orang berusaha mencari kesana kemari untuk
mendapatkan cinta yang spektakuler, yang menyebabkan hidupnya jadi bertualang
dari satu orang ke orang lain. Pada dasarnya ini bukanlah cinta, tetapi
sensasi. Hal ini sering jadi penyakit orang-orang terkenal yang ditampilkan
dalam berita-berita seputar para selibirtis. Saya masih ingat pernah terkagum-kagum
dengan perkawinan spektakuler seorang artis dengan pria bule yang kaya dan
tampan. Perkawinannya pun dibuat sangat romantic, pokoknya sempurna. Saat
ditanya wartawanpun ia berkata, “saya yakin
telah menemukan cinta sejati saya. Saya merasa dialah soulmate saya”. Tetapi
kenyataannya beberapa tahun kemudian, cinta si artis itu pun meluntur. Konon si
artis ini, menemukan pria tambatan cintanya yang lain. Mereka pun bercerai. Hal
ini lantas memberikan kita pelajaran yang menarik. Tatkala Anda menghadiri atau
mengadakan pesta pernikahan yang spektakuler dan fantastis, pastaslah kita
bertanya pula secara jujur, “Apakah rasa cinta yang sesungguhnya juga sama dalamnya, sama
panjangnya serta akan sespektakuler pestanya? Disini, waktu yang akan
menunjukkannya!” Karena itulah kita melihat, cinta bukanlah sekedar pesta
meriah, cinta juga bukanlah hanya hadiah luar biasa, atau peristiwa yang
spektakuler. Bahkan, jauh dari itu, cinta adalah sesuatu yang wajar, mendalam,
menyentuh relung hati yang paling dalam, rasional serta membutuhkan komitmen
panjang.
Bandingkan dengan kisah cinta artis
pop Celine Dion yang pada tahun 2000, memutuskan mundur sementara dari panggung
musik, karena suaminya Rene Angelil menderita kanker. Beberapa tahun, ia bahkan
hanya menghabiskan waktu merawat suaminya. Padahal, tentu saja Celine Dion bisa
meneruskan karirnya atau bahkan mencari pria lain, sekalipun. Tapi inilah bukti
cinta yang ia perjuangkan demi orang yang dicintainya. Maka, rasanya sangat
pantaslah kalau Celine Dion melantunkan lagunya “The Power of Love”. Ia bukan
hanya menyanyikan, tetapi juga membuktikannya.
Kedua, cinta bukanlah proses yang
pasif. Banyak film dan cerita novel yang seolah-olah mengajari bahwa cinta
adalah sesuatu yang kebetulan dan orang hanya menunggu ketika momennya tiba. Berbalikan
dengan semua ini, majalah Psychology Today justru meneliti bahwa mereka yang
sehat hubungannya dengan pasanggannya bukanlah yang pasif tetapi yang justru
aktif memberi dan membagikan kasih sayangnya. Sebaliknya, mereka yang depresi
lebih sering menunggu dan pasif dalam hal mengekpresikan perasaan maupun kasih
sayangnya. Tidaklah mengherankan kalau dalam kesimpulan majalah Psychology
Today tersebut dikatakan bahwa cinta adalah suatu ketrampilan yang sangat
penting untuk dipelajari. Saatnya kita belajar juga seni mencintai dan belajar
secara aktif memberika kasih kita kepada orang-orang sekeliling kita, maka
kitapun akan mendapatkannya dalam bentuk balasan berkali-kali lipat. Saya ingin
ingatkan lagi kata-kata dari Ibu Teresa dari Calcutta, “Orang yang selalu memberikan cintanya adalah orang yang pantas
dicintai. Dan kalaupun tidak sekarang, pada akhirnya orang ini akan dicintai!”
Ketiga, cinta bukanlah bisnis.
Banyak orang mencintai dengan harapan akan mendapat balasan tertentu. Akibatnya, saat tidak mendapatkan apa yang
diharapkan, orang menjadi mudah kecewa. Begitu pula, ada beberapa orang yang
melakukan tuntutan atas nama cinta. “Kalau kamu mencintai, kamu pasti mau
begini…” Ini adalah bentuk manipulasi cinta dan ini bukanlah cinta tetapi
sebuah transaksi. Dalam cinta yang sesungguhnya kita tidak lagi
hitung-hitungan. Bahkan ada banyak kisah dimana justru jika dihitung-hitung
secara bisnis, cinta ini merugikan. Tapi ganjarannya adalah kebahagiaan dan
inilah yang tak terukur dengan uang. Saya pun teringat kisah kehidupan Shieh
Kun San, seorang pelukis cacat dari HongKong. Saat menikahi Shie Kun San,
istrinya harus mendapatkan tentangan luar biasa. Masalahnya Shieh Kun San hanya
pelukis kere, dan yang celaka, diri Shieh dalam kondisi cacat tanpa tangan dan
sebelah matanya pun buta. Tapi karena rasa cintanya, mereka nekat menikah.
Bertahun-tahun kemudian, berkat motivasi dan cinta istrinya, Shieh Kun San
justru menjadi salah seorang pelukis cacat yang sangat termasyur di HongKong.
Keempat, perasaan cinta pun
menyehatkan secara fisiologis. Perasaan cinta ternyata menghasilkan suatu zat
oksitoksin yang sangat berguna bagi tubuh kita. Zat ini inilah yang membuat
kita merasa nyaman, hangat dan ceria terus. Beberapa obat-obatan terlarang,
juga menghasilkan zat-zat dengan efek yang mirip. Beberapa penelitian dengan
pasangan tua yang banyak memberikan pelukan, dan mengungkapkan rasa kasih
sayangnya, menunjukkan jumlah zat oksitoksin yang lebih banyak dalam kandungan
darah mereka. Begitu juga anak-anak yang sering mendapatkan pelukan dan ciuman
dari orang tuanya, mempunyai kandung oksitoksin yang lebih tinggi. Yang membuat
mereka lebih tidak mudah depresi, lebih ceria dan lebih bahagia dalam hidupnya.
Semoga bulan ini memberikan kita
kesempatan menghargai cinta yang kita terima selama ini. Dan juga memotivasi
untuk memberikan kasih sayang tanpa syarat yang berlimpah kepada orang-orang
yang telah membuat hidup kita begitu indah.
0 komentar:
Posting Komentar