Pernah nggak hanya duduk dan
mengamati orang-orang di sekitar karena sedang menunggu atau tidak ngapa-ngapain.
Saya teringat waktu pernah mengalami delay di Bandara Kualanamo, Medan. Saat
itu saya naik pesawat yg harusnya jam 14.00. Tapi, pesawat ditunda.
Pengumumannya baru akan berangkat jam 17.00. Saat itu, sesuai dengan saran yang
pernah saya peroleh. Sy berusaha mencari penerbangan yang lain. Sialnya nyaris
semua flight penuh. Dan dari rencana jam 5.00 diundur jadi jam 19.00 lantas
diundur lagi jadi jam 23.00. Jadi akhirnya dari rencana jam 14.00 siang
akhirnya baru terbang jam 23.00. Padahal tahu nggak? Itu adalah Garuda,
penerbangan yg dianggap terbaik di negeri ini. Tapi bukan itu yang mau saya
permasalahkan. Justru yang paling menarik buat saya adalah mengamati bagaimana
reaksi orang. Ada wajah pasrah, tapi banyak juga yang marah sampai mengumpat
dan menggebrak meja. Yang paling kasihan adalah manager yang mengurusi
penerbangan. Mukany udah pucat dan terbata-bata. Sampai-sampai ada penumpang yg
mengangkat krah bajunya. Padahal, mungkin bukan kesalahan dia. Dan setelah
ditelusuri pesawatnya ternyata sudah ada tapi mesinnya bermasalah sehingga
pesawat lain yg didatangkan. Buat saya, lebih baik naik pesawat lain yang mesinnya
baik meskipun akhirnya telat daripada "on time" tapi tetap ngotot
naik pesawatnya yang baru diperbaiki mesin. Risikonya besar bok!
Tapi, kembali ke pengalaman itu. Yang menarik adalah mengamati perilaku orang-orang.
Bicara soal mengamati, mungkin karena sejak kuliah psikologi awal kami dilatih untuk banyak mengamati. Saya masih ingat sewaktu mata kuliah psikologi dasar, sang dosen senior pernah berkata, "Sebagai seoarang mahasiswa psikologi kalian meati terlatih untuk suka mengamati perilaku orang. Sebab psikologi adalah ilmu soal perilaku orang". Tapi yang menarik, sang dosen menambahkan "Waktu mengamati saksikan saja tanpa memberikan judgementmu". Dan sejak itulah diam-diam saya jadi mulai suka mengamati orang.
Dan akhirnya saya belajar, dengan mengamati tanpa memberikn judgement apapun,ternyata ada banyak hal yang bisa kita pelajari.
Dan obrolin soal observasi ini, ternyata ini berkaitan erat dengan kemampuan para komik di acara stand up comedy. Tatkala ditanya bagaimana caranya mereka punya ide-ide yang segar, rata-rata menjawab "Itu adalah hasil observasi yang lantas dibuat menjadi bahan komedi". Nah.
Bahkan, di awal-awal menjadi trainer..saya belajar banyak trainer punya bahan training yg kaya dan menarik karena punya daya observasi dan refleksi yang bagus. Cerita mereka menjadi hidup karena itu berasal dari hasil kacamata pengamatan mereka ditambah dengan refleksi mereka yang sangat mendalam. Jadilah bahan training mereka menjadi menarik serta enak didengarkan. Kalau bahasa lebaynya..jadi gurih di telinga!
So, apa kesimpulan soal observasi ini? Pertama, berusahalah hentikan aktivitas dan lihatnya dgn santai segala aktivitas atau apapun yang ada disekelilingmu. Kalau ada orang amati dan coba refleksikan apa yg terjadi. Kalau tidak ada manusia, binatang, benda bahkan pemandangan sekalipun bisa jadi bahan observasi.
Kedua, setelah sekian lama mengobservasi lihatlah dari kacamata tertentu. Kamu bisa pakai kacamata lucu seperti para komedian untuk memaknai secara lucu ataupun melihat dari kacamata training atau seorang penulis, seperti yg saya lakukan. Percayalah ternyata bahan observasi ini memberikan kita banyak sekali ide-ide menarik. Try!
Ketiga, terpenting usahakan utk mengamati tanpa terlalu banyak memberikan penilaian atau judgementmu.
Percayalah, kamu akan belajar banyak
disini. Dan disini kamu juga akan mengerti bahwa yang namanya belajar...tidak
harus selalu dengan buku atau kuliah. Saat buku tidak ada, observasi pun bisa
jadi sumber pelajaran buatmu.
Oya, satu hal lagi. Ingat nggak pada
jama dahulu, ketika orang tidak memiliki buku ataupun sekolah untuk belajar dan
mempelajari teori, bagaimanakah ilmu-ilmu dibuat? Bener! Melalui observasi.
Jadi, observsi adalah cara belajar paling kuno yang kini banyak dilupakan.
0 komentar:
Posting Komentar