Kamis, 24 Juli 2014

BARANG LANGKAKAH: “CANTIK DAN PINTER” ITU?

BARANG LANGKAKAH:
“CANTIK DAN PINTER” ITU?
 
Belakangan ini, dunia maya heboh dengan postingan soal atlet voli asal Kazakhstan, Sabina Altynbekova.  Ia mendadak menjadi buah bibir di dunia internet sepanjang pekan ini. Paras cantiknya Sabina jadi perbincangan di berbagai media social. Hal ini dipicu setelah salah satu user 9gag.com (situs guyonan) memposting foto-foto aksinya di lapangan. Menurut berita, paras ayu Sabina terpantau para pecinta voli setelah tampil di kejuaraan voli Asia di China Taipei, Asian Women Volleyball U-19 Championship ke-17, yang digelar pada 16-24 Juli 2014 lalu. Kini, kalau Anda mengetik namanya di mesin pencari, dengan mudahnya Anda melihat berbagai posenya  Sabina Altynbekova di lapangan maupun di luar lapangan. Wuih! Memang cantik parasnya!
 
Di salah satu group yang berisi kawan-kawan sekolah, foto Sabina pun menjadi perbincangan. Dan gara-gara itulah, saya jadi ikut-ikutan berkomentar.
 
“Psikologi Labelling”
Apa yang jadi perbincangan menarik adalah soal cantik dan pintar. Dalam hal ini, Sabina memang punya paras yang cantik. Tetapi, yang membuatnya langka adalah aksinya di lapangan voli. Tampaknya kita sedang bermain dengan stereotipe. Kayak label yang biasa kita berikan sama cewek atau cowok.
 
Misalkan gini, cowok nggak boleh ke dapur (padahal kenyataannya, banyak chef justru cowok). Atau, cewek biasanya lebih identik dengan model, bintang film atau penyanyi. Bukan di dunia olah raga.
 
Nah, dengan paras seperti Sabina, orang mungkin lebih mengkategorikan sebagai bintang film atau penyanyi, tapi bukan sebagai olah ragawan. Karna itu, mungkin kita jadi berpikir, “Kenapa dengan paras kayak begitu nggak jadi bintang film atau model ya?”
 
Ngomong-ngomong, saya kok jadi yakin, kalau setelah begitu terkenal namanya di dunia maya, sebentar lagi akan ada yang menawarinya jadi bintang iklan atau jadi model. Mungkin tak lama lagi kita akan melihatnya jadi bintang model.
 
Tapi, kembali ke soal labeling yang sering kita berikan. Kadang ada plus dan minusnya. Plusnya, kita mengarahkan seseorang sesuai dengan sex role-nya. Ada pekerjaan tertentu yang sudah dikategorikan sesuai dengan jenis kelaminnya. Itu memang mempermudah. Tapi, di sisi lain, sebenarnya ini juga, jadi amat membatasi. Saya masih ingat tatkala, masuk ke sebuah taxi dan disupiri oleh seorang wanita di Ibukota ini beberapa tahun silam. Saya sempat kaget. Soalnya, (saya mungkin ketinggalan sola ini), sungguh nggak expect akan melihat seorang supir taxi yang cewek. Tapi, ternyata malahan, setelah saya rasanya,  supir wanita justru lebih berhati-hati tatkala menjadi supir.
 
Label Bagi Wanita Cantik
Saya pun teringat waktu pelajaran psikologi sosial, ada pelajaran soal gender. Ternyata hasil penelitian menunjukkan jadi wanita cantik itu juga membawa malapetaka juga. Mereka umumnya kena dampak stereotype. Salah satu stereotype yang kental di dunai barat adalah “Blonde is stupid”. Jadi cewek-cewek yang blonde, yang banyak merias diri, biasanya otaknya pas-pasan alias bodoh. Jadi, seringkali, wanita cantik itu identik dengan bodoh, nggak bisa ngapain-ngapain. Malahan ketika sukses, orang seringkali mencibir, “Ya jelas aja sukses, pake modal tampang aja sih!”. Jadi, menjadi cantik, pintar apalagi sukses, biasanya terasa agak menentang “standar” yang diciptakan masayarakat.
 
Padahal kan sebenarnya sah-sah saja, ketika kecantikan diikuti dengan sesuatu yang mulia. Kita masih anggap langka, tatkala seorang wanita cantik jadi politisi, atau wanita cantik jadi ilmuwan atau wanita cantik jadi olahragawan. Dalam hal ini, sebenarnya pantaslah kita berdecak kagum untuk Sabina dengan mengatakan, “Hebat ya. Udah cakep, tapi pinter voli”. Dan syukur-syukur komentar ini, bisa dipakai untuk memotivasi rekan-rekan wanita yang parasnya cantik, “Ayo dong jangan cuma bergantung pada modal paras yang cantik. Tapi buktikan bahwa otak serta kemampuan kalian juga sama bagusnya!”.  
 
So, bagaimana pendapatmu tatkala orang bilang “Banyak orang cantik, tapi bodoh”? Setujukah?
 
 
Antusias mewujudkan mimpimu!
 
Anthony Dio Martin
 
*tweet: @anthony_dmartin
*fanpage: www.anthonydiomartin.com/go/facebook

0 komentar:

Posting Komentar