BARANG
LANGKAKAH:
“CANTIK DAN PINTER” ITU?
Belakangan ini, dunia maya heboh dengan
postingan soal atlet voli asal Kazakhstan, Sabina Altynbekova. Ia mendadak menjadi buah bibir di dunia internet
sepanjang pekan ini. Paras cantiknya Sabina jadi perbincangan di berbagai media
social. Hal ini dipicu setelah salah satu user 9gag.com (situs guyonan)
memposting foto-foto aksinya di lapangan. Menurut berita, paras ayu Sabina
terpantau para pecinta voli setelah tampil di kejuaraan voli Asia di China
Taipei, Asian Women Volleyball U-19 Championship ke-17, yang digelar pada 16-24
Juli 2014 lalu. Kini, kalau Anda mengetik namanya di mesin pencari, dengan
mudahnya Anda melihat berbagai posenya Sabina Altynbekova di lapangan maupun
di luar lapangan. Wuih! Memang cantik parasnya!
Di salah satu group yang berisi
kawan-kawan sekolah, foto Sabina pun menjadi perbincangan. Dan gara-gara
itulah, saya jadi ikut-ikutan berkomentar.
“Psikologi Labelling”
Apa yang jadi perbincangan menarik adalah soal cantik dan pintar. Dalam hal ini, Sabina memang punya paras yang cantik. Tetapi, yang membuatnya langka adalah aksinya di lapangan voli. Tampaknya kita sedang bermain dengan stereotipe. Kayak label yang biasa kita berikan sama cewek atau cowok.
Misalkan
gini, cowok nggak boleh ke dapur (padahal kenyataannya, banyak chef justru
cowok). Atau, cewek biasanya lebih identik dengan model, bintang film atau
penyanyi. Bukan di dunia olah raga.
Nah,
dengan paras seperti Sabina, orang mungkin lebih mengkategorikan sebagai
bintang film atau penyanyi, tapi bukan sebagai olah ragawan. Karna itu, mungkin
kita jadi berpikir, “Kenapa dengan paras kayak begitu nggak jadi bintang film
atau model ya?”
Ngomong-ngomong,
saya kok jadi yakin, kalau setelah begitu terkenal namanya di dunia maya,
sebentar lagi akan ada yang menawarinya jadi bintang iklan atau jadi model.
Mungkin tak lama lagi kita akan melihatnya jadi bintang model.
Tapi,
kembali ke soal labeling yang sering kita berikan. Kadang ada plus dan
minusnya. Plusnya, kita mengarahkan seseorang sesuai dengan sex role-nya. Ada
pekerjaan tertentu yang sudah dikategorikan sesuai dengan jenis kelaminnya. Itu
memang mempermudah. Tapi, di sisi lain, sebenarnya ini juga, jadi amat
membatasi. Saya masih ingat tatkala, masuk ke sebuah taxi dan disupiri oleh
seorang wanita di Ibukota ini beberapa tahun silam. Saya sempat kaget. Soalnya,
(saya mungkin ketinggalan sola ini), sungguh nggak expect akan melihat seorang
supir taxi yang cewek. Tapi, ternyata malahan, setelah saya rasanya, supir wanita justru lebih berhati-hati tatkala
menjadi supir.
Label Bagi Wanita Cantik
Saya pun
teringat waktu pelajaran psikologi sosial, ada pelajaran soal gender. Ternyata
hasil penelitian menunjukkan jadi wanita cantik itu juga membawa malapetaka
juga. Mereka umumnya kena dampak stereotype. Salah satu stereotype yang kental
di dunai barat adalah “Blonde is stupid”. Jadi cewek-cewek yang blonde, yang
banyak merias diri, biasanya otaknya pas-pasan alias bodoh. Jadi, seringkali,
wanita cantik itu identik dengan bodoh, nggak bisa ngapain-ngapain. Malahan
ketika sukses, orang seringkali mencibir, “Ya jelas aja sukses, pake modal
tampang aja sih!”. Jadi, menjadi cantik, pintar apalagi sukses, biasanya terasa
agak menentang “standar” yang diciptakan masayarakat.
Padahal
kan sebenarnya sah-sah saja, ketika kecantikan diikuti dengan sesuatu yang
mulia. Kita masih anggap langka, tatkala seorang wanita cantik jadi politisi,
atau wanita cantik jadi ilmuwan atau wanita cantik jadi olahragawan. Dalam hal
ini, sebenarnya pantaslah kita berdecak kagum untuk Sabina dengan mengatakan, “Hebat ya. Udah cakep, tapi pinter voli”.
Dan syukur-syukur komentar ini, bisa dipakai untuk memotivasi rekan-rekan
wanita yang parasnya cantik, “Ayo dong
jangan cuma bergantung pada modal paras yang cantik. Tapi buktikan bahwa otak
serta kemampuan kalian juga sama bagusnya!”.
So,
bagaimana pendapatmu tatkala orang bilang “Banyak
orang cantik, tapi bodoh”? Setujukah?
Antusias
mewujudkan mimpimu!
Anthony
Dio Martin
*tweet:
@anthony_dmartin
*fanpage:
www.anthonydiomartin.com/go/facebook
0 komentar:
Posting Komentar