I've always believed
that one woman's success can only help another woman's success.
(Gloria Vanderbilt)
Bulan ini, secara
khusus, kita banyak berbicara soal tema kewanitaan dan kesuksesan mereka.
Inilah bulan di mana kita bicara soal emansipasi. Tentu saja kita melihat,
dibandingkan zaman Kartini dulu, wanita sekarang lebih maju, lebih punya
kesempatan, dan juga lebih berani dalam mengekspresikan potensi-potensi mereka.
Bahkan, dalam banyak aspek, wanita lebih
unggul dibandingkan pria.
Tidaklah mengherankan jika John Naisbitt dalam buku Megatrend-nya dulu, pernah meramalkan
bahwa salah satu tren penting dunia adalah era kepemimpinan wanita. Wanita, menurut John Naisbitt dalam banyak
kesempatan, akan mengambil alih posisi puncak kepemimpinan dalam berbagai
organisasi penting. Hal ini menurutnya karena wanita, secara genetik, punya banyak ‘karakter’ yang menyeimbangkan
kepemimpinan yang kebanyakan diisi oleh laki-laki saat ini. Yang jelas, dunia
laki-laki yang banyak diisi dengan dimensi-dimensi ‘yang’ seperti kekuatan, rasio, otot, keras, macho.
Akhirnya perlu diimbangi dengan dimensi ‘ying’ seperti kelembutan, kepedulian,
hati, perasaan, dan fleksibilitas.
Inilah fungsi kewanitaan di masa depan, yakni menjadi pengimbang atas dunia.
Dalam tulisan ini, secara khusus kita membicarakan
beberapa sikap, kebiasaan maupun pola pikir yang masih menghambat wanita untuk
mengaktualisasikan kemampuannya.
Pertama, ‘limiting belief’ (keyakinan keliru)
dari wanita itu sendiri yang membelenggu dirinya. Tanpa sadar, banyak wanita
tidak berkembang karena berbagai keyakinan salah yang dimilikinya. Berbagai
keyakinan itu diantaranya seperti bahwa peluang tersebut hanya dimiliki oleh
kaum laki-laki. Bahkan, saya pernah mempunya peserta pelatihan yang membatasi
pengembangan dirinya karena takut dianggap terlalu ‘ambisius’. Ketika saya
bertanya lebih lanjut, ia sendiri percaya bahwa laki-laki tidak suka bahkan
takut dengan wanita yang terlalu ambisius dan terlalu sukses. Yang jelas, sama
seperti peserta tersebut, saat ini, tanpa disadari masih banyak wanita yang
terbelenggu oleh limiting belief
mereka yang keliru seperti: (1) hanya laki-laki yang berpeluang sukses; (2)
laki-laki takut dengan wanita sukses; (3) wanita sukses sulit dapat jodoh; (4)
wanita yang karirnya sukses, keluarganya kacau; (5) wanita yang sukses dan
berhasil, tampak kurang feminin dan mengerikan. Nah, entah apa lagi limiting belief lainnya. Karena
itu, saya bertanya pada Anda yang
wanita, limiting belief apa lagi yang
menghambat kesuskesan Anda?
Kedua,
peluang dan kesempatan bagi wanita muncul karena tuntutan dan belas kasihan,
bukan karena kenyataan potensi yang sesungguhnya. Salah satu tafsiran soal
emansipasi yang menurut saya justru bisa melemahkan persepsi soal kemampuan wanita
adalah tuntutan serta harapan belas kasihan kepada wanita sehingga kepada
mereka ‘dijatahi’ kursi dan posisi. Menurut saya, alangkah bagusnya jika
kesempatan dan peluang itu muncul karena memang wanita menunjukkan bahwa mereka
punya kemampuan dan potensi tersebut. Contoh terbaik misalnya bisa kita lihat
pada Margareth Thatcher ataupun Condeleezza Rice yang mendapatkan kursi
kepemimpinan yang penting di dua negara adidaya. Mereka mendapatkan posisi
tersebut bukan karena belas kasihan. Tetapi, semua orang mengakui kehebatan
strategi dan pemikiran mereka. Bahkan, saat memimpin Inggris, terjadi perang
Malvinas yang membutuhkan kepemimpinan luar biasa dari Tahtcher. Namun, ia
membawa Inggris pada kemenangan luar biasa dengan korban yang sangat minim.
Karena itu, saatnya wanita unjuk gigi untuk menunjukkan bahwa mereka berhasil.
Bukan lantaran belas kasihan tetapi berkat
kemampuan riil yang mereka miliki.
Ketiga, harga
diri yang kurang pada wanita. Sebenarnya, jika bicara soal harga diri, hal
tersebut bukan saja dialami oleh wanita. Tapi juga pada manusia secara umum.
Suatu prinsip yang umum adalah ketika seseorang tidak bisa menghargai dirinya
maka sulit pula mengharapkan orang lain juga bisa menghargai mereka. Seperti
diungkapkan oleh pemain sepak bola legendaris Pele, “Orang harus menjadi kuat
di dalam dulu agar bisa menjadi kuat di luar”. Kenyataannya, banyak wanita yang
tidak dihargai dan tidak direspek karena mereka pun tidak memberikan kesempatan
untuk menghargai dan merespek dirinya sendiri. Akibatnya, mereka membiarkan
lingkungan dan sekeliling mereka yang menghambatnya. Dalam hal ini, salah satu
contoh dan teladan yang sangat bagus adalah Oprah Winfrey. Meskipun masa
lalunya sangat buruk dan hidup dengan kondisi yang sangat kekurangan. Bahkan,
Oprah pernah lari dari rumah dan hamil muda meskipun bayinya meninggal dan
dibesarkan oleh keluarga yang berantakan. Namun, dalam hal menghargai dirinya,
Oprah tidak membiarkan dirinya ditentukan oleh masa lalunya yang buruk. Meski sempat tidak dianggap saat memulai
karirnya sebagai pembaca acara, namun keyakinannya pada kemampuan serta
penghargaannya yang baik terhadap dirinya sendiri, membuat orang pun respek
padanya. Saat ini, Oprah menjadi seorang ikon ‘wanita sukses’ dengan Harpo (kebalikan namanya) production yang memproduksi talkshow yang disaksikan jutaan pemirsa
di dunia setiap kali tayangnya. Itulah contoh yang baik, pentingnya bagi wanita
untuk mulia membangun harga diri yang positif pada diri mereka sendiri.
Keempat,
lingkungan dengan orang-orang yang
justru merugikan ide dan aspirasi para wanita itu. Secara alamiah, menurut Allan Pease yang
menulis buku “Why Men Can Only Do One Thing at One Time and Women Can’t Stop
Talking”, wanita dikelilingi oleh lingkungan yang banyak menggunakan verbal.
Wanita lebih banyak berbicara, berinteraksi, dan bergaul. Namun, tidak semua
lingkungan pergaulan ini baik adanya. Banyak di antara pergaulan ini yang
berisi para ‘naysayer’ yakni orang-orang ynag jutsru negatif, pesimis, dan
bahkan menertawakan ide mereka. Akibatnya, banyak di antara para wanita ini
yang justru terhambat oleh ‘negative external talk’ (pembicaraan negatif dari
eksternal) yang menertawakan, mencibur atau pun melemahkan semangat mereka.
Sayangnya, banyak di antara mereka yang terlalu mendengarkan mereka, sehingga
ide maupun potensi mereka pun terkubur selamanya.
Mari kita ingat JK Rowling salah satu wanita terkaya di
dunia berkat tokoh Harry Potter ciptaanya. Ia bercerita, kalau saja ia terlalu
mendengarkan semua pihak di sekelilingnya, ia tidak akan pernah sesukses
sekarang. Bayangkan, lingkungannya adalah lingkungan bisnis yang tidak suka
fantasi (saat ia menciptakan tokoh Harry Potter, JK Rowling bekerja sebagai
sekretaris di Amnesty International). Selain itu, ide awal bukunya sempat
dicerca oleh kaum religius karena bicara soal sihir. Selain itu, waktu pertama
kali launching bukunya, yang hadir
hanya 4 orang!
Nah
wanita, saatnya untuk unjuk gigi karena waktu dan pintu kesempatan telah dibuka
luas!
pak anthony, apa yang harus aku katakan pd diriku ketika aku bermimpi setinggi2nya, tiba2 temanku mengatakan jangan terbermimpi terlalu tinggi nanti kamu kecewa? itu terkadang membuatku kendor.. mohon pencerahannya.. terima kasih
BalasHapus