Senin, 20 April 2015

WANITA DAN KESUKSESANNYA



I've always believed that one woman's success can only help another woman's success.
(Gloria Vanderbilt)


Bulan ini,  secara khusus, kita banyak berbicara soal tema kewanitaan dan kesuksesan mereka. Inilah bulan di mana kita bicara soal emansipasi. Tentu saja kita melihat, dibandingkan zaman Kartini dulu, wanita sekarang lebih maju, lebih punya kesempatan, dan juga lebih berani dalam mengekspresikan potensi-potensi mereka. Bahkan, dalam banyak aspek,  wanita lebih unggul dibandingkan pria.


Tidaklah mengherankan jika John Naisbitt dalam buku Megatrend-nya dulu, pernah meramalkan bahwa salah satu tren penting dunia adalah era kepemimpinan wanita.  Wanita, menurut John Naisbitt dalam banyak kesempatan, akan mengambil alih posisi puncak kepemimpinan dalam berbagai organisasi penting. Hal ini menurutnya karena wanita, secara genetik,  punya banyak ‘karakter’ yang menyeimbangkan kepemimpinan yang kebanyakan diisi oleh laki-laki saat ini. Yang jelas, dunia laki-laki yang banyak diisi dengan dimensi-dimensi ‘yang’  seperti kekuatan, rasio, otot, keras, macho. Akhirnya perlu diimbangi dengan dimensi ‘ying’ seperti kelembutan, kepedulian, hati, perasaan,  dan fleksibilitas. Inilah fungsi kewanitaan di masa depan, yakni menjadi pengimbang atas dunia.

Dalam tulisan ini, secara khusus kita membicarakan beberapa sikap, kebiasaan maupun pola pikir yang masih menghambat wanita untuk mengaktualisasikan kemampuannya.

Pertama, ‘limiting belief’ (keyakinan keliru) dari wanita itu sendiri yang membelenggu dirinya. Tanpa sadar, banyak wanita tidak berkembang karena berbagai keyakinan salah yang dimilikinya. Berbagai keyakinan itu diantaranya seperti bahwa peluang tersebut hanya dimiliki oleh kaum laki-laki. Bahkan, saya pernah mempunya peserta pelatihan yang membatasi pengembangan dirinya karena takut dianggap terlalu ‘ambisius’. Ketika saya bertanya lebih lanjut, ia sendiri percaya bahwa laki-laki tidak suka bahkan takut dengan wanita yang terlalu ambisius dan terlalu sukses. Yang jelas, sama seperti peserta tersebut, saat ini, tanpa disadari masih banyak wanita yang terbelenggu oleh limiting belief mereka yang keliru seperti: (1) hanya laki-laki yang berpeluang sukses; (2) laki-laki takut dengan wanita sukses; (3) wanita sukses sulit dapat jodoh; (4) wanita yang karirnya sukses, keluarganya kacau; (5) wanita yang sukses dan berhasil, tampak kurang feminin dan mengerikan. Nah, entah apa lagi limiting belief lainnya. Karena itu,  saya bertanya pada Anda yang wanita, limiting belief apa lagi yang menghambat kesuskesan Anda?

Kedua, peluang dan kesempatan bagi wanita muncul karena tuntutan dan belas kasihan, bukan karena kenyataan potensi yang sesungguhnya. Salah satu tafsiran soal emansipasi yang menurut saya justru bisa melemahkan persepsi soal kemampuan wanita adalah tuntutan serta harapan belas kasihan kepada wanita sehingga kepada mereka ‘dijatahi’ kursi dan posisi. Menurut saya, alangkah bagusnya jika kesempatan dan peluang itu muncul karena memang wanita menunjukkan bahwa mereka punya kemampuan dan potensi tersebut. Contoh terbaik misalnya bisa kita lihat pada Margareth Thatcher ataupun Condeleezza Rice yang mendapatkan kursi kepemimpinan yang penting di dua negara adidaya. Mereka mendapatkan posisi tersebut bukan karena belas kasihan. Tetapi, semua orang mengakui kehebatan strategi dan pemikiran mereka. Bahkan, saat memimpin Inggris, terjadi perang Malvinas yang membutuhkan kepemimpinan luar biasa dari Tahtcher. Namun, ia membawa Inggris pada kemenangan luar biasa dengan korban yang sangat minim. Karena itu, saatnya wanita unjuk gigi untuk menunjukkan bahwa mereka berhasil. Bukan lantaran belas kasihan tetapi berkat  kemampuan riil yang mereka miliki.

Ketiga, harga diri yang kurang pada wanita. Sebenarnya, jika bicara soal harga diri, hal tersebut bukan saja dialami oleh wanita. Tapi juga pada manusia secara umum. Suatu prinsip yang umum adalah ketika seseorang tidak bisa menghargai dirinya maka sulit pula mengharapkan orang lain juga bisa menghargai mereka. Seperti diungkapkan oleh pemain sepak bola legendaris Pele, “Orang harus menjadi kuat di dalam dulu agar bisa menjadi kuat di luar”. Kenyataannya, banyak wanita yang tidak dihargai dan tidak direspek karena mereka pun tidak memberikan kesempatan untuk menghargai dan merespek dirinya sendiri. Akibatnya, mereka membiarkan lingkungan dan sekeliling mereka yang menghambatnya. Dalam hal ini, salah satu contoh dan teladan yang sangat bagus adalah Oprah Winfrey. Meskipun masa lalunya sangat buruk dan hidup dengan kondisi yang sangat kekurangan. Bahkan, Oprah pernah lari dari rumah dan hamil muda meskipun bayinya meninggal dan dibesarkan oleh keluarga yang berantakan. Namun, dalam hal menghargai dirinya, Oprah tidak membiarkan dirinya ditentukan oleh masa lalunya yang buruk.  Meski sempat tidak dianggap saat memulai karirnya sebagai pembaca acara, namun keyakinannya pada kemampuan serta penghargaannya yang baik terhadap dirinya sendiri, membuat orang pun respek padanya. Saat ini, Oprah menjadi seorang ikon ‘wanita sukses’ dengan Harpo (kebalikan namanya) production yang memproduksi talkshow yang disaksikan jutaan pemirsa di dunia setiap kali tayangnya. Itulah contoh yang baik, pentingnya bagi wanita untuk mulia membangun harga diri yang positif pada diri mereka sendiri.

Keempat, lingkungan  dengan orang-orang yang justru merugikan ide dan aspirasi para wanita itu.  Secara alamiah, menurut Allan Pease yang menulis buku “Why Men Can Only Do One Thing at One Time and Women Can’t Stop Talking”, wanita dikelilingi oleh lingkungan yang banyak menggunakan verbal. Wanita lebih banyak berbicara, berinteraksi, dan bergaul. Namun, tidak semua lingkungan pergaulan ini baik adanya. Banyak di antara pergaulan ini yang berisi para ‘naysayer’ yakni orang-orang ynag jutsru negatif, pesimis, dan bahkan menertawakan ide mereka. Akibatnya, banyak di antara para wanita ini yang justru terhambat oleh ‘negative external talk’ (pembicaraan negatif dari eksternal) yang menertawakan, mencibur atau pun melemahkan semangat mereka. Sayangnya, banyak di antara mereka yang terlalu mendengarkan mereka, sehingga ide maupun potensi mereka pun terkubur selamanya.

Mari kita ingat JK Rowling salah satu wanita terkaya di dunia berkat tokoh Harry Potter ciptaanya. Ia bercerita, kalau saja ia terlalu mendengarkan semua pihak di sekelilingnya, ia tidak akan pernah sesukses sekarang. Bayangkan, lingkungannya adalah lingkungan bisnis yang tidak suka fantasi (saat ia menciptakan tokoh Harry Potter, JK Rowling bekerja sebagai sekretaris di Amnesty International). Selain itu, ide awal bukunya sempat dicerca oleh kaum religius karena bicara soal sihir. Selain itu, waktu pertama kali launching bukunya, yang hadir hanya 4 orang!

Nah wanita, saatnya untuk unjuk gigi karena waktu dan pintu kesempatan telah dibuka luas!

1 komentar:

  1. pak anthony, apa yang harus aku katakan pd diriku ketika aku bermimpi setinggi2nya, tiba2 temanku mengatakan jangan terbermimpi terlalu tinggi nanti kamu kecewa? itu terkadang membuatku kendor.. mohon pencerahannya.. terima kasih

    BalasHapus