Terus terang, saya
bukanlah orang yang sangat rajin menulis di blog. Tetapi, satu-satunya media
(atau mungkin ada yang lain tetapi saya tidak mengenalnya) yang memungkinkan
orang lain membaca insight pribadi seseorang, adalah blog. Masalahnya, selama ini saya sering menulis
insight-insight pribadi di buku catatan pribadi. Bukan diary! Dulu, saya
memiliki buku diary tetapi, dengan berjalannya waktu, dan karena alasan
ketiadaan waktu, tidak ada diary yang sempat ditulis lagi. Sekarang catatan pribadi
saya berupa kalimat-kalimat intisari dari perenungan dari kejadian-kejadian
penting dalam hidup saya. Banyak diantaranya yang sangat pribadi, sehingga
menjadi kenangan yang sangat personal tatkala dibaca di waktu-waktu yang akan
datang. Buktinya, setiap akhir tahun, biasanya saya membaca kembali catatan-catatan
saya sendiri dan terkadang, saya menertawakan, bingung, heran bahkan ada pula yang berwujud rasa bahagia atas apa yang
saya tulis tersebut. Eh, malah kadang ada juga yang membuat kagum (memang
jadinya kedengaran narsis ya?) atas apa yang saya pernah tulis tersebut.
No
Time For Diary?
Saya sebenarnya
percaya, “Selama kita memang ada niat, maka selalu akan ada waktu”. Saya punya
beberapa teman yang tetap menulis diary, meski cowok. Saya salut konsistensi
mereka untuk menulis. Juga dengan konsitensi teman-teman yang menulis via BB
ataupun di milis. Tapi, saya sendiri tidak terlalu menyarankan orang harus
menulis diary dan harus tiap hari. Tetapi, yang penting, menurut saya, apa yang
kita pelajari dalam kehidupan ini, terlalu sayang untuk dilewatkan. Makanya,
ada baiknya dicatat. Atau, dengan kata lain, INSIGHT KEHIDUPAN itulah, yang
penting untuk didokumentasikan. Makanya, biasanya sebelum tidur, di depan komputer
saya akan bertanya pada diri saya sendiri, “Apa
yang aku pelajari hari ini?”. Biasanya, saya kemudian merangkumkan apa yang
saya pelajari sepanjang hari itu dalam sebuah kalimat. Kalimat-kalimat ini pula
yang kadang saya tuliskan di FB ataupun di twitter saya (@anthony_dmartin).
Jadi, bagi Anda yang merasa kesulitan menulis diary, saya menyarankan, paling tidak
luangkan waktu untuk menuliskan kesimpulan hidup Anda. Itu akan menjadi
kenangan tersendiri.Lagipula, juga akan menarik tatkala dibaca kembali di beberapa
tahun mendatang, dalam hidupmu.
Mengapa
di Blog?
Dari dulu, sebenarnya
saya ingin memanfaatkan blog untuk menuliskan buah-bukan inspirasi, insight dan
pemikiran saya di blog personal ini. Karena sejujurnya, ada bebarapa manfaat
dari menulis di blog ini:
Pertama, blog tidak
mungkin diedit ataupun disensor oleh pihak lain. Semua pemikiran kita, bisa
kita muat sebebas-bebasnya dan kitalah yang mempertanggungjawabkan isinya.
Jadi, inilah forum kebebasan berpendapat bagi diri kita sendiri. Namun sekaligus,
juga jadi ajang belajar bertanggungjawab dengan apa yang kita suarakan di blog Pribadi
kita pula..
Kedua, blog
sebenarnya ajang yang bagus bagi orang lain untuk mengenal diri kita secara Pribadi.
Juga mengenal buah-buah pemikiran kita. Semakin membaca tulisan seseorang di
blogny, Anda bisa semakin mengenal orang tersebut!
Ketiga, blog dari
bagian dari sejarah kehidupan kita. Sebenarnya yang membuat kita menyejarah
bukanlah blognya, tetapi tulisan yang kita buat. Makanya, saya selalu
menyarankan orang untuk berlatih menulis baik artikel, termasuk buku (kalau
memungkinkan). Sebab, ketika tubuh fana ini meninggalkan dunia, warisan
pemikiran kita yang tertuang dalam tulisan-tulisan kita masih akan terus
dibaca.
Keempat, yang jelas,
blog pun bisa jadi ajang latihan menulis dan ajang menuangkan gagasan, ide
secara sistematis. Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang sulit menuangkan
gagasannya secara sistematis? Saya pernah! Waktu itu, kejadiannya terjadi
dengan salah satu mantan staff saya. Nah, salah satu treatment yang saya berikan
kepadanya adalah memintanya untuk latihan “report writing” alias menulis (saat
itu belum ada blog!). Alasanku sederhana, orang yang tidak mengalami kesulitan
untuk menuangkan gagasannya secara tertulis, biasanya juga tidak akan pula
mengalami kesulitan untuk berbicara dengan sistematis.
Bahayanya
Blog Pribadi
Tentu saja, menulis
secara Pribadi di blog, bukannya tanpa bahaya. Salah satu bahaya yang paling
jelas adalah terekspos-nya diri Anda. Semua buah pikiran hingga kepribadian Anda
akan tercermin di blog. Dan oleh karena itu, Anda akan menjadi bahan persepsi bagi
orang lain yang membacanya. Aka nada yang suka, ada pulan yang mungkin tidak
setuju ataupun tidak suka. Itulah risikonya! Saya masih ingat seorang HR di
perusahaan yang batal merekrut seseorang gara-gara ia membaca blog orang
tersebut, yang isinya cukup kontroversial. So, hati-hati pula dengan isi blog
Anda.
Karena itulah, memang
sih di blog tidak akan ada yang melakukan “sensor” atas tulisan Anda. Tetapi,
Anda sendiri perlu jadi tukang sensor (self censorship). Pikirkanlah satu
pertanyaan penting sebelum Anda mempostingkan tulisan Anda:
“Apakah
apa yang saya tuliskan ini akan membuat saya dipersepsi secara salah, ataukah
membuat orang jadi salah persepsi, yang ujung-ujungnya merugikan diri saya dan
orang lain“
Point
Terakhir
Sebenarnya, dan
inilah poin terakhir saya, tulisan ini sendiri adalah cara saya untuk
memotivasi diri buat lebih sering dan lebih mau meluangkan waktu menulis di
blog. Masalahnya, sejak blog ini dibuat oleh salah satu rekan di kantor, saya
belum terlalu rajin untuk menggunakannya sebagai media untuk menuangkan gagasan
Pribadi saya. Dan justru itulah pula
poin saya, terkadang saya sendiri menggunakan proses penulisan sebagai media
untuk memotivasi dan mendorong diri saya sendiri. Tatkala menulis, saya
seringkali memberdayakan “super ego” (bagian diri saya yang ideal) untuk
menasihati dan memberikan dorongan atas diri saya. Itu pula, salah satu cara
saya memotivasi diri saya sendiri! So, ayo kita sama-sama “menginspirasi” dan “menyejarah”
melalui blog yang kita tuliskan!
0 komentar:
Posting Komentar