BELAJAR
DARI OBITUARI SEORANG SAHABAT!
Pagi ini aku bersedih.
Pagi-pagi aku mendapatkan berita duka. Seorang sahabat dan rekan yang dulu
sama-sama kuliah, Christine Siwi Handayani meninggal. Biasanya, respon kita mendapat berita
duka cita seperti itu adalah terhenyak
lantas sekan-akan file dalam memori kita pun bergerak untuk mencari data kenangan
yang kita miliki tentang orang tersebut.
Pertama-tama, saya punya
memori kembali ke bangku kuliah. Dengan Siwi, begitu kami biasa memanggilnya di
kampus, saya sering tukeran buku textbook dan buku diktat. Sampai sekarang pun,
masih ada satu buku “Psikologi Abnormal” hasil tukeran dengan Siwi yang bertengger
rapih di rak buku saya. Masih ada nama dan tanda tangannya Siwi. Bahkan, ketika
tukeran, kadang aku merasa dia tukeran rugi denganku. Masalahnya, Siwi biasanya
hanya dapat buku textbook dari aku. Tapi, aku bisa dapat textbook plus catatan
kuliahnya dulu, yang amat rapi. Masalahnya, dulu aku agak jarang mencatat.
Apalagi, di akhir-akhir semester.
Kedua, Siwi termasuk
kelompok langka yang setelah kuliah, memutuskan untuk jadi pengajar. Sementara,
kebanyakan dari kami, setelah kuliah pasti bicara soal kerja di perusahaan, bangun
lembaga psikotest, atau jadi eksekutif di perusahaan suatu saat nanti. Siwi
memutuskan menjalankan panggilan jadi dosen. Sebuah pilihan yang kadang biasanya
popular di mata para mahasiswaya, tetapi tidak menjadi terlalu istimewa tatkala
dibicara pada saat-saat reuni berlangsung. Biasanya, saat reuni, orang akan
lebih sibuk membicarakan, “Eh, dia sukses
jadi eksekutif. Punya perusahaan ini itu. Dia udah jadi direktur!”, dll.
Tampaknya itulah yang lebih bergengsi. Tapi, kalau jadi dosen? Hmmm. Sekali
lagi, biasanya populer di mata para mahasiswa tetapi di mata para sesama alumni,
biasanya tidak menjadi terlalu istimewa (kecuali akhirnya dia jadi dekan
ataupun rektor). Tapi, Siwi memutuskan untuk jadi dosen dan mengabdi. Saya
yakin, kalau dulu Siwi mau kerjapun, dengan mudahnya, ia bisa mendapatkan
pekerjaan. Tetapi, membuat pilihan jadi dosen, tidaklah gampang. Saya tahu, jadi
inspirasi “ilmu” bagi mahasiswa memang mulia, tetapi tidaklah gampang untuk
dijalani.
Ketiga, saya sempat
terkaget-kaget dan melongo tatkala diberitahu bahwa Siwi adalah ketua, perkumpulan
kempo di Yogyakarta, lengkapnya Ketua Umum Perkumpulan Kempo Indonesia daerah
istimewa Yogyakarta. Ha? Kempo? Nggak
Siwi banget! Setahuku Siwi orang yang lembut, cenderung mengindari konflik.
Termasuk waktu Siwi bergabung dalam kelompok mahasiswa dimana saya jadi
ketuanya. Siwi, cenderung submissive, patuh. Tapi, itulah…HIDUP ORANG BERUBAH.
Dan saya pikir, itu adalah perubahan yang sangat positif, menurutku. Nggak
mudah mendalami bela diri, apalagi jadi ketuanya. Wah! Pasti sebuah pengorbanan
yang luar biasa! Waktu, energi, perasaan….banyak yang mesti dikorbankan. Inipun
jadi pertanyaan refleksiku….APAKAH YANG AKU KORBANKAN DALAM HIDUPKU YANG
MEMBUATKU LAYAK UNTUK DIKENANG?
Keempat, tatkala para teman
angkatanku menghimpun dana untuk membantu Siwi, saya baru tahu bahwa Siwi
menderita penyakit parah. Rambutnya hilang. Tapi, yang luar biasa, Siwi adalah
pejuang sejati. Wanita yang tabah. Saya sering mengunjungi akun facebooknya dan
yang saya lihat adalah wanita yang tersenyum dengan anak-nya. Bukan wajah yang
menderita. Pertanyaan saya, pada saat anda menderita karena penyakit, bisakah
Anda masih tetap tersenyum? Nggak mudah! TIDAK
MUDAH UNTUK TETAP SENYUM CERIA PADA SAAT ANDA MENDERITA!
ORANG MENINGGAL TIDAK AKAN MATI SIA-SIA!
Saya percaya,
seseorang tidak akan mati sia-sia. Apalagi untuk orang seperti Siwi yang telah
menyentuh kehidupan begitu banyak mahasiswanya. Pagi inipun, saya mendapatkan
beritanya dari mahasiswanya. Saya yakin, pada saat tulisan ini dibuat, ada begitu
banyak SMS, facebook maupun twitter yang sedang membicarakan dan menulis untuk
Siwi. Itulah wujud penghargaan dari orang-orang yang pernah disentuh dalam
hidupnya. Termasuk saat saya menuliskan tulisan ini. Pada saat ini, saya yakin,
ada begitu banyak kepala yang memutar kembali memori tentang Siwi. Apa
pelajarannya?
MAKANYA, LEBIH BAIK INVESTASI UNTUK MANUSIA. UANG BERGUNA, TETAPI UANG
TIDAK AKAN PERNAH MEMBICARAKAN KITA SAAT KITA MATI. TETAPI, ORANG YANG KITA
SENTUH ATAU PERNAH KITA INVESTASIKAN, AKAN TERUS MENGENANG KITA. INVESTASILAH
PADA MANUSIA!
Selamat jalan untuk
Siwi sahabatku. Kehidupanmu menjadi pembelajaran bagiku dan bagi kita semua.